23.9 C
Samarinda
27 April 2025
BerandaInternasionalIsrael vs Hamas: Ketegangan Meningkat, 'Pedang Besi' Jadi Jawaban Tel Aviv

Israel vs Hamas: Ketegangan Meningkat, ‘Pedang Besi’ Jadi Jawaban Tel Aviv

Date:

Must read

Related News

Langkah Mantap Gervonta Davis Mualaf di Mesjid Germantown

Jakarta, MediaSamarinda.com – Berita tentang Gervonta Davis mualaf tak...

Kegiatan Perayaan Natal di Yerusalem Dibatalkan, Berduka Atas Penderitaan Warga Gaza

Samarinda, MEDIASAMARINDA.com - Sebagai perasaan duka dan kepedulian terhadap penderitaan...

Risiko Bencana Kelaparan Akut Hantui Warga Gaza Akibat Perang Palestina-Israel

Samarinda, MEDIASAMARINDA.com - Akibat dari serangan Israel ke Palestina yang...

Pemberontak Houthi Yaman Kejutkan Dunia dengan Perang terhadap Israel

Yaman, MEDIASAMARINDA.com - Juru bicara militer Houthi di Yaman,...

X Premium dan X Basic: Sistem Berlangganan X Baru dari Elon Musk

Mediasamarinda.com – Hari ini Elon Musk secara resmi meluncurkan...

Mediasamarinda.com – Konflik di Timur Tengah kembali memanas pasca-serangan yang dilakukan oleh Hamas terhadap wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober 2023. Kelompok yang berbasis di Jalur Gaza ini telah memicu reaksi keras dari pemerintah Israel dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan operasi militer yang diberi nama “Pedang Besi” sebagai tindakan balasan langsung.

Sejarah Panjang dan Ideologi Hamas

Hamas, didirikan oleh Sheikh Ahmed Yasin pada tahun 1987 sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin, telah menjadi entitas dominan di Gaza sejak mengambil alih kontrol pada tahun 2007. Organisasi ini tidak mengakui keberadaan Israel dan secara konsisten menentang Perjanjian Oslo yang dinegosiasikan pada 1990-an. Pada 2017, Khaled Meshaal, pemimpin dalam pengasingan, menegaskan posisi mereka untuk tidak mengalah terhadap tuntutan wilayah Palestina.

Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh negara-negara seperti Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Mesir, dan Jepang. Meski begitu, Hamas memiliki dukungan dari beberapa entitas di kawasan, termasuk Iran, Suriah, dan Hizbullah di Lebanon, yang bersama-sama menentang kebijakan AS dan Israel.

Serangan terkini yang dilakukan oleh organisasi ini telah menimbulkan kerugian besar, dengan lebih dari 1.100 korban jiwa dilaporkan. Khaled Qadomi, juru bicara Hamas, menyatakan bahwa tindakan ini adalah respons terhadap penindasan berkepanjangan terhadap Palestina dan serangan yang dilakukan di Masjid Al Aqsa.

Organisasi ini mengklaim penggunaan taktik baru dalam serangan ini, termasuk paralayang yang dikirim ke arah Israel, serupa dengan taktik serangan pada tahun 1980-an. Kelompok tersebut juga mengklaim telah menawan beberapa warga Israel, dengan bukti rekaman video yang dirilis kepada publik.

Ketegangan yang kembali memuncak ini mencerminkan kerentanan kawasan Timur Tengah terhadap siklus kekerasan yang tampaknya tak berkesudahan. Dampaknya tidak hanya terhadap keamanan regional tetapi juga pada nyawa warga sipil yang terjebak dalam konflik berdarah ini. Dunia internasional kini menanti dengan waspada, berharap akan ada upaya de-eskalasi yang bisa mencegah korban lebih banyak lagi.

Pemerintah Israel telah mengambil langkah tegas sebagai respons, dan dengan peluncuran operasi ‘Pedang Besi’, situasi keamanan di wilayah tersebut kian tegang. Sementara komunitas internasional melakukan pemantauan, upaya diplomasi untuk menenangkan situasi menjadi semakin mendesak. Kedepannya, penyelesaian damai antara kedua pihak tetap menjadi prioritas utama bagi kestabilan dan perdamaian di Timur Tengah.

5 Fakta Penting Mengenai Hamas dalam Sorotan Konflik Terkini

Timur Tengah sekali lagi berada dalam kondisi genting menyusul pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyatakan bahwa negaranya “dalam keadaan perang” setelah serangan roket besar-besaran oleh Hamas. Operasi yang diberi nama “Banjir Al-Aqsa” oleh Hamas telah menjadi titik puncak terkini dari konflik bersejarah di kawasan ini.

Berikut adalah lima fakta yang perlu diketahui mengenai Hamas dan pengaruhnya terhadap eskalasi terkini:

  1. Pendirian Hamas dan Tujuannya

Didirikan pada tahun 1987 selama Intifada Pertama sebagai gerakan perlawanan Palestina. Mereka bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Islam di atas wilayah historis Palestina.

  1. Kontrol atas Jalur Gaza

Sejak kemenangan dalam pemilu legislatif Palestina di tahun 2006 dan konflik yang menyusul dengan Fatah, Hamas telah menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza. Meskipun diisolasi, kelompok ini tetap memerintah dengan otoritas yang terbatas dibandingkan dengan Fatah yang memerintah Tepi Barat.

  1. Dicap Sebagai Organisasi Teroris

Hamas telah dicap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Cap ini diberikan berdasarkan serangan yang mereka lakukan terhadap target-target Israel, termasuk bom bunuh diri dan peluncuran roket.

  1. Isolasi Internasional

Dalam beberapa dekade terakhir, organisasi ini telah menghadapi isolasi internasional yang serius, yang sebagian disebabkan oleh aktivitas militernya dan penolakannya untuk mengakui eksistensi Israel. Isolasi ini telah memberikan dampak negatif pada ekonomi dan infrastruktur di wilayah yang dikuasai oleh Hamas.

  1. Eskalasi Konflik Terbaru

Serangan yang dilancarkan oleh Hamas, yang mereka namai Operasi Banjir Al-Aqsa, merupakan krisis terbesar sejak pertempuran 2021. Serangan ini telah mengundang respons militer besar-besaran dari Israel dan meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas dan lebih mematikan.

Keadaan di Timur Tengah saat ini menunjukkan betapa cepatnya konflik dapat memburuk. Dunia menantikan dengan ketegangan, berharap akan ada solusi diplomatik untuk mencegah bencana kemanusiaan dan untuk menstabilkan situasi yang bisa berdampak luas pada stabilitas global. Sementara itu, upaya-upaya penyelesaian damai tampaknya semakin mendesak di tengah suara-suara roket dan ledakan yang terus berlanjut.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini