Mediasamarinda.com – Dilansir dari Reuters, mulai hari ini (27/09/2023) Rusia sedang mempertimbangkan baik – baik keputusan seperti dengan negara China untuk melakukan larangan impor terhadap hasil tangkapan kelautan (seafood) dari negara Jepang. Pertimbangan ini dilakukan oleh Rusia terkait keputusan Jepang untuk membuang air limbah PLTN Fukushima yang dicurigai bermuatan radioaktif.
Pertimbangan Larangan Impor
Diketahui, sejak pihak pemerintahan Jepang mulai mengutarakan rencananya untuk membuang air limbah yang dicurigai bersifat radioaktif ke lautan Pasifik, China menjadi negara yang paling keras menyuarakan penolakannya.
Tanpa perlu menunggu lama, pemerintah China langsung mengeluarkan kebijakan untuk melakukan larangan impor terhadap hasil tangkapan laut ataupun produk – produk seafood dari Negeri Matahari Terbit tersebut.
Kini, pemerintahan Rusia sedang mempertimbangkan untuk melakukan langkah yang sama dengan pemerintahan China. Dilansir dari Reuters, perwakilan dari pemerintahan Kremlin ini sedang mengusahakan untuk berdialog secara langsung dengan pihak pemerintahan Jepang.
Rosselkhoznadzor (Federal Service for Veterinary and Phytosanitary Surveillance) selaku pengawas keamanan pangan Rusia saat ini tengah berdiskusi dengan negara China terkait kegiatan ekspor seafood yang dilakukan negara Jepang. Saat ini, negara Rusia menjadi pemasok seafood dan hasil kelautan terbesar untuk negara China dan berminat untuk semakin memperbesar pembagian pasarnya.
“(Rusia) mempertimbangkan kemungkinan risiko adanya kontaminasi radiasi yang ada pada produk seafood (dari Jepang), Rosselkhoznadzor sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk ikut bergabung dengan kegiatan pembatasan yang dilakukan negara Tiongkok terhadap pasokan produk ikan dari negara Jepang,” ungkap perwakilan Rosselkhoznadzor sebagaimana dilansir dari Reuters.
Perdebatan Menyangkut Kebijakan Larangan Impor
Sepanjang tahun 2023, diketahui negara Rusia telah mengimpor 118 ton hasil tangkapan laut Jepang. Pihak Rosselkhoznadzor pun mengaku telah mengirimkan surat ke pemerintahan Jepang untuk meminta waktu dan kesempatan tersendiri untuk membicarakan hasil tes radiasi yang telah dilakukan oleh pemerintahan Jepang terhadap produk tangkapan hasil lautnya.
Sebelumnya, Hirokazu Matsuno sebagai perwakilan juru bicara dari pemerintahan Jepang menyatakan telah dilakukan pengetesan secara komprehensif menyangkut keamanan air dari perairan terdekat Jepang. Diketahui, limbah yang dibuang ke perairan lepas ini sudah masuk kategori aman karena pihaknya telah berhasil membuang semua elemen yang bersifat radioaktif kecuali elemen tritium.
Sebagai informasi, tritium adalah salah satu radionuklida yang sangat sulit untuk dipisahkan dari air. Namun, kandungan tritium diklaim telah masuk batas aman sesuai dengan ketentuan.
Negara Jepang menyatakan kritik yang dilemparkan oleh pemerintahan China dan Rusia merupakan klaim sembarangan yang tidak didasarkan pada bukti dan data ilmiah.
“Kami mendesak agar pihak Rusia dapat bertindak sesuai dengan bukti – bukti ilmiah” ujar Matsuno pada acara press conference hari Rabu lalu.
Matsuno juga kembali mengingatkan bahwa negara Rusia merupakan anggota dari IAEA (International Atomic Energy Agency) yang ikut dilibatkan sebagai ahli dalam tim pelepasan limbah Fukushima.
Pihak IAEA ditengarai menjadi dasar pertimbangan negara Jepang untuk melepas limbah Fukushima. Sedangkan, pihak IAEA sendiri telah memberikan lampu hijau terkait keamanan dari limbah PLTN Fukushima.