SAMARINDA, MEDIASAMARINDA.com – Penelitian terkait teknologi agen hayati milik SMKN 6 Berau berhasil menjuarai Lomba Inovasi Daerah Kabupaten Berau tahun 2023. Dalam kompetisi yang dipimpin oleh lima juri, SMKN 6 Berau disebut memiliki nilai tertinggi sekaligus menjadi pemenang dalam lomba inovasi daerah kategori sekolah menengah.
Penghargaan Lomba Inovasi Daerah
Bupati Berau Sri Juniarsih bersama Wakil Bupati Gamalis memberikan penghargaan secara simbolis kepada SMKN 6 Berau usai gelaran upacara peringatan HUT Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilaksanakan pada 17 Agustus 2023 lalu. Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kejuaraan yang diperoleh SMKN 6 Berau dalam kompetisi inovasi daerah.
Pada kompetisi tersebut, SMKN 6 Berau yang terdiri dari empat siswa berhasil memperoleh inovasi agen hayati sebagai inovasi pertama dan satu-satunya yang ada di Kabupaten Berau. Ardiansyah selaku Guru SMKN 6 Berau sekaligus Tim Laboratorium mengungkapkan bahwa pihaknya telah menjalin kerjasama dengan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA).
Sebelumnya, Ardiansyah mengungkapkan bahwa penelitian tersebut sudah dilakukan timnya sejak tahun 2022 lalu. Untuk itu, dengan adanya lomba inovasi daerah ini, pihaknya kemudian menjalin kerjasama dengan perusahaan swasta tersebut dan mendatangkan dosen dari Universitas Brawijaya, Malang, Fery Abdul Choliq, sebagai pembimbing tim SMKN 6 Berau.
“Pakar mikroba itu kemudian membimbing pengembangan pupuk organik di SMK 6 selama beberapa bulan. Infrastruktur untuk pengembangan teknologi seperti laboratorium dibangun dan bahan baku juga disiapkan,” ungkapnya pada Senin (21/08/2023).
Setelah melakukan beragam uji coba, SMKN 6 Berau akhirnya mendapatkan komposisi yang sempurna dalam pembuatan pupuk dan pestisida organik lewat teknologi agen hayati. Teknologi agen hayati adalah pemanfaatan organisme atau makhluk hidup sebagai pengganti pupuk kimia. Biasanya, teknologi ini menggunakan beragam jenis organisme seperti protozoa, serangga, bakteri, cendawan, virus, dan lain sebagainya.
Diketahui, dari komposisi tersebut didapatkan hasil yang mana dari tiga kilogram kedelai mampu menghasilkan 8-10 liter ekstrak kedelai. Kemudian dari hasil tersebut diperoleh 100 liter pupuk organik cair. Pupuk tersebut pun telah diuji ke sejumlah tanaman hortikultura seperti buah naga, terong, dan sayuran.
“Dari setiap 3 kilogram kedelai yang menghasilkan 8–10 liter ekstrak kedelai, diperoleh 100 liter pupuk organik cair. Pupuk tersebut kemudian diuji di berbagai tanaman hortikultura. Hasilnya memuaskan,” imbuhnya.
Selain itu, Ardiansyah juga mengungkapkan bahwa pihaknya menghasilkan lima jenis produk pupuk maupun pestisida organik. Kelima jenis pupuk tersebut diantaranya Accelerator, Biotest, Bio 6rowth, Bisa, dan Subur, yang merupakan pupuk organik, bioinsektisida, dan biopestisida.
“Penelitian kami menghasilkan lima produk pupuk dan pestisida organik. Empat produk cair, satunya produk padat,” tambahnya.
Teknologi Agen Hayati : Solusi Alternatif Para Petani
Lebih lanjut, Ardansyah mengungkapkan bahwa hasil penelitian ini mampu menjadi pilihan alternatif bagi para petani. Selain harganya yang terjangkau, teknologi agen hayati juga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Rencananya, Ardiansyah akan menambah keterlibatan siswa hingga puluhan orang sebagai upaya meningkatkan hasil produksi. Selain itu, ia juga akan memperkenalkan inovasi tersebut kepada para petani yang ada di Kabupaten Berau.
“Selanjutnya, empat siswa dari setiap kelas dilibatkan di laboratorium. Produksi bisa ditingkatkan,” ucapnya.
Menurut Ardiansyah, terdapat salah satu pupuk inovasi SMKN 6 Berau yang banyak diminati masyarakat yaitu Bio 6rowth yang dikembangkan oleh Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Pupuk ini pun dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau yakni senilai Rp 15.000 per liter tanpa kemasan atau Rp 35.000 dengan kemasan.
Kepala SMK 6 Berau, Johny Molantong menambahkan bahwa keberhasilan yang diperoleh oleh SMKN 6 Berau tidak luput dari dukungan pemerintah, BUMA, maupun pihak swasta lainnya. Ia berharap agar pihak-pihak tersebut senantiasa mendukung dalam pengembangan teknologi agen hayati.
“Kami juga tetap memerlukan bantuan dari pemerintah, BUMA, maupun pihak swasta yang lain. Kami perlu membangun infrastrukturnya supaya produksi bisa ditingkatkan,” jelas kepala sekolah.
Lebih lanjut, pihaknya mengungkapkan bahwa penemuan pupuk organik tersebut tentu membawa angin segar bagi para petani. Kehadiran inovasi agen hayati dinilai menjadi solusi di tengah harga pupuk yang kian mengalami kenaikan.
“Semoga ini bisa menjadi solusi bagi para petani, dalam mencari pupuk yang terjangkau dengan kualitas yang baik,” tutupnya.
(Adv//Disdikbudkaltim//Sik)