
Kalimantan Timur, MEDIASAMARINDA.com – Berkaitan dengan tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD), Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur terus berkomitmen untuk mengurangi kasus dan angka kematian akibat DBD. Meskipun angka kasus masih cukup tinggi, pihak berwenang terus melakukan upaya untuk mengendalikan penyakit ini.
Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, mengungkapkan bahwa saat ini tingkat kejadian DBD di Kaltim mencapai 85,2 kasus per 100 ribu penduduk dengan tingkat kematian sebesar 0,48 persen.

“Kasus DBD di Kaltim masih tinggi, kalau kita liat kan incident rate DBD di Kaltim itu 85,2 per 100.000 penduduk dan case fatality rate di 0,48 persen, kami juga berhasil menurunkan angka kematian menjadi 50 persen sampai September kemarin,” jelasnya.
Angka-angka ini mencerminkan tingkat keparahan masalah DBD di daerah tersebut, dan oleh karena itu, tindakan pencegahan dan penanganan yang efektif menjadi sangat penting untuk menekan angka tersebut.
Banyaknya Kasus DBD yang Terjadi di Seluruh Wilayah Indonesia
Data yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius terkait demam berdarah dengue (DBD) selama pekan ke-22 atau sekitar periode Januari-Mei 2023.
Dalam periode tersebut, terdapat 35.694 kasus DBD di seluruh Indonesia, dan jumlah kematian akibat DBD mencapai 270 kasus. Ini adalah peringatan serius terkait dampak penyakit ini pada kesehatan masyarakat.
Kemenkes juga memberikan himbauan kepada kepala daerah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peningkatan kasus DBD yang dapat terkait dengan fenomena El Nino. Hal ini menggarisbawahi pentingnya persiapan obat-obatan dan fasilitas kesehatan masyarakat (faskes) yang memadai untuk mengatasi kasus DBD.
Peningkatan kesadaran dan langkah-langkah pencegahan, seperti menghilangkan sarang nyamuk, penataan lingkungan, dan peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, juga merupakan bagian penting dalam mengatasi masalah DBD ini.
Dinkes Kaltim Lakukan Berbagai Upaya Untuk Terus Menekan Angka Kematian Akibat DBD
Dinkes Kaltim berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat dalam upaya pencegahan, dan penurunan angka kematian akibat DBD. Upaya ini meliputi kampanye penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk, pemantauan kasus, dan tindakan medis yang tepat waktu.
Angka kasus DBD di Kaltim masih mencapai 85,2 per 100.000 penduduk, dengan tingkat kematian sebesar 0,48 persen. Namun, penurunan angka kematian sebesar 50 persen adalah pencapaian yang signifikan, menunjukkan upaya keras dalam mengendalikan penyakit ini.
Melalui kerjasama yang baik, diharapkan angka kasus dan kematian akibat DBD di Kalimantan Timur dapat diminimalkan. Langkah-langkah penanggulangan penyakit ini terus ditingkatkan, dan hingga bulan September lalu.
Hingga saat ini Dinkes Kaltim berhasil menurunkan angka kematian akibat DBD sekitar 50 persen. Meskipun angka kasus DBD masih tinggi, langkah-langkah yang diambil telah memberikan hasil positif dalam mengurangi tingkat kematian.
“Semua daerah di Kaltim sudah memiliki kebijakan ini, kegiatan yang sesuai dengan regulasi meliputi pengendalian vektor, penataan lingkungan, dan manajemen kasus seandainya ada anak kita yang terinfeksi,” ujarnya.
Dinkes Kaltim Lakukkan Kolaborasi Bersama Pemerintah Daerah, Rumah Sakit, dan Masyarakat untuk Menekan Angka Kematian Akibat DBD
Upaya pencegahan dan pengendalian DBD terus ditingkatkan, dan kerja sama antara Dinkes Kaltim, pemerintah daerah, rumah sakit, dan masyarakat terbukti efektif dalam mengatasi masalah ini. Langkah-langkah ini diharapkan dapat terus membantu mengurangi kasus dan angka kematian akibat DBD di Kalimantan Timur.
Jaya menjelaskan bahwa pihaknya telah mengambil berbagai tindakan untuk menurunkan angka kematian akibat DBD, termasuk melalui kebijakan eliminasi atau percepatan penurunan angka DBD. Setiap daerah di Kalimantan Timur telah mengadopsi kebijakan ini, yang mencakup langkah-langkah seperti pengendalian vektor, perbaikan lingkungan, dan manajemen kasus apabila ada anak-anak yang terinfeksi.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit DBD dengan mengurangi populasi nyamuk vektor penyakit dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tindakan pencegahan. Salah satu cara efektif untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan menerapkan prinsip 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Selain itu, gotong royong masyarakat dalam membersihkan selokan, lingkungan, dan mengelola sampah dengan benar juga memiliki peran yang sangat penting. Dengan cara ini, potensi tempat perkembangbiakan nyamuk vektor dapat diminimalkan, sehingga risiko penularan DBD dapat dikurangi secara signifikan.(ADV/DINKESKALTIM/GSM)