
Samarinda, Mediasamarinda.com – Suharyanto, perwakilan dari NPC menilai fasilitas untuk atlet paralimpik di Kalimantan Timur masih kurang maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas.
NPC, Wadah Bagi Atlet Paralimpik
National Paralympic Committee (NPC) adalah organisasi pembinaan para atlet paralimpik atau atlet penyandang disabilitas yang tersebar di seluruh penjuru tanah air Republik Indonesia. Suharyanto sendiri merupakan Ketua Pengurus NPC untuk Provinsi Kalimantan Timur. Anto, panggilan akrabnya, sangat berharap agar Pemerintah Provinsi Kaltim dapat menyediakan fasilitas lebih untuk mendukung pengembangan dan atlet difabel di bidang olahraga.

Menurut Anto, saat ini fasilitas difabel yang dimiliki oleh Provinsi Kaltim masih jauh dari kata memadai. Bahkan di beberapa daerah yang terpencil malah belum menyediakan sarana dan aksesibilitas yang mumpuni untuk atlet difabel.
Buktinya saat Peparprov IV September yang lalu di Berau, lokasi kegiatan harus dipindahkan ke Balikpapan karena kurangnya aksesibilitas di Berau. Padahal Berau sudah termasuk dalam tingkat Kabupaten. Berdasarkan data dari BPS, di tahun 2023 Kabupaten Berau memiliki jumlah penduduk sekitar 276.241 orang.
Hasil pengamatan dari Ketua NPC tersebut juga menunjukkan bahwa beberapa pengurus NPC di kabupaten atau kota masih kurang paham mengenai aksesibilitas atlet difabel. Sehingga seringkali tidak ada pengajuan anggaran kepada pemerintah untuk mendukung NPC dalam mengadakan event olahraga. Meski begitu, NPC tetap menyampaikan apresiasi kepada pemerintah atas perhatian yang pernah diberikan, sambil berharap agar dukungan terus ditingkatkan kedepannya.
Agus Hari Kesuma selaku Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim mengakui dengan lapang dada bahwa sarana untuk atlet difabel memang belum maksimal. Namun pihaknya tetap berkomitmen penuh untuk memaksimalkan sarana pertandingan yang sudah ada. Bahkan Dispora bersedia untuk berinvestasi dengan dana untuk meningkatkan kualitas sarana dari atlet paralimpik.
Cabor Paralimpik Peparnas Papua 2021
Pesta olahraga nasional disabilitas Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 digelar dari tanggal 2 sampai 15 November 2021. Perhelatan ini bersamaan dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021.
Peparnas 2021 yang diadakan di Jayapura ini melombakan total 12 cabang olahraga (cabor) khusus untuk atlet paralimpik. Diantaranya adalah angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy, tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja. Total medali yang bakal diperebutkan terdiri dari 861 emas, 861 perak, dan 1.090 perunggu, sedangkan jumlah pertandingan dari 12 cabor sebanyak 640 pertandingan.
Secara garis besar, klasifikasi atlet merujuk International Paralympic Committee (IPC) yaitu penyandang disabilitas seperti penyandang tuna daksa, tuna netra, tuna grahita, dan tuna rungu wicara. Berikut ini dua contoh jenis cabor paralimpik beserta penjelasannya yang ditandingkan saat di Papua.
- Atletik
Cabor atletik boleh diikuti oleh atlet paralimpik yang memiliki hambatan intelektual, penglihatan, atau gerak fisik. Atlet diklasifikasikan berdasarkan kode tertentu yang terdiri dari satu huruf dan diikuti oleh dua digit angka. Dua huruf awal yang dipakai yang pertama yaitu “T” yang merujuk pada track, marathon, dan disiplin atletik lompat, serta yang kedua yaitu “F” yang merujuk pada disiplin atletik lapangan.
Kedua kode huruf tersebut diikuti oleh dua digit angka, digit pertama menjelaskan tipe disabilitas dan digit kedua menjelaskan derajat disabilitas atlet. Misalnya T/F11 atau T/F12 masuk ke dalam klasifikasi atlet yang memiliki hambatan penglihatan, sementara kode T/F20 masuk dalam atlet yang memiliki hambatan intelektual.
2. Badminton
Dalam paralimpik, badminton disebut sebagai para-badminton, memiliki enam kelas atlet. Mirip dengan cabor atletik, badminton juga ditandai dengan kode yang terdiri dari dua huruf dan satu digit angka di belakang. Dua huruf pertama mengartikan posisi atlet saat bertanding dan angka di belakang berarti derajat disabilitas atlet.
Sebagai contoh, kelas WH1 diperuntukkan bagi atlet paralimpik yang mengalami disabilitas anggota gerak tubuh bagian bawah, sehingga atlet berkompetisi menggunakan kursi roda. Selanjutnya kelas SL3 yang merupakan klasifikasi untuk atlet yang memiliki hambatan berjalan dan keseimbangan, atlet kategori ini bertanding dalam posisi berdiri atau dilengkapi dengan kaki prostetik.
Sedangkan kelas SU5 diperuntukkan bagi atlet yang mengalami hambatan gerak tubuh bagian atas. Hambatan yang dimaksud meliputi tangan yang digunakan maupun yang tidak digunakan saat bertanding. Terakhir kelas SU6 adalah kode klasifikasi atlet dengan ukuran tubuh kecil atau kerdil.
(ADV/DISPORAKALTIM/AD)