
Kalimantan Timur, MEDIASAMARINDA.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia telah resmi mengumumkan adanya kasus infeksi virus cacar monyet (Monkeypox) yang telah terdeteksi di Indonesia. Menurut laporan resmi yang diterbitkan oleh Kemenkes, hingga saat ini, sebanyak tujuh individu telah terkonfirmasi terjangkit penyakit ini di wilayah tanah air.
Cacar Monyet di Indonesia, Kaltim Masih Aman
Meski sudah ada korban yang terjangkit Monkeypox, namun Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melaporkan bahwa hingga saat ini mereka belum menerima laporan resmi terkait kasus pengidap cacar monyet atau monkeypox di wilayah Kaltim. Jadi, bisa dikatakan Kaltim aman dari cacat monyet di Indonesia
Di samping itu, Kemenkes RI tetap mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Upaya pencegahan yang efektif seperti mencuci tangan secara teratur, menjaga kebersihan diri, dan menghindari kontak langsung dengan hewan yang berpotensi membawa virus cacar monyet, merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Penyebab utama penyebaran cacar monyet adalah melalui kontak seksual, termasuk hubungan seks sesama jenis atau LSL (Laki-laki Suka Laki-laki). Virus ini cenderung menyerang kulit dan dapat diidentifikasi oleh adanya bintik-bintik yang lebih lebar dibandingkan dengan cacar pada umumnya.

“Iya Kaltim sampai dengan hari ini masih aman, walaupun sudah ada 7 yang masuk di Indonesia, ini penyakit yang menular karna hubungan penyuka sesama lelaki,” ungkap Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur.
Sejauh ini wilayah Kaltim masih aman dari penyebaran penyakit ini. Ia menekankan bahwa penyakit ini menular melalui hubungan seksual sesama jenis, sehingga penting bagi masyarakat untuk terus waspada dan menjalankan praktik seks yang aman untuk mencegah penyebaran cacar monyet.
83 Persen Kasus Monkeypox Terjadi pada LSL Menurut Pemantauan WHO
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per tanggal 26 September 2023, sekitar 83 persen dari kasus Monkeypox (MPOX) diamati terjadi pada individu laki-laki penyuka laki-laki (LSL).
Dari jumlah tersebut, sebanyak 7,4 persen pernah dites positif terkena HIV, sementara 82,5 persen kasus dilaporkan sebagai penularan melalui hubungan seksual.
Jaya Mualimin menekankan tingginya proporsi kasus pada individu LSL dan perlunya kesadaran akan risiko penularan melalui hubungan seksual di kalangan mereka. Tindakan pencegahan, seperti pemeriksaan HIV dan praktik seks yang aman, sangat penting untuk mengurangi penyebaran penyakit ini.
Terkait dengan pengobatan Monkeypox, hingga saat ini belum ada vaksin khusus yang tersedia. Pengobatan yang digunakan saat ini masih mengandalkan penggunaan obat cacar umumnya. Otoritas kesehatan terus mengupayakan penelitian dan pengembangan metode pengobatan yang lebih efektif untuk mengatasi penyakit ini.
Lebih lanjut, Jaya Mualimin menjelaskan bahwa Dinkes Kaltim akan terus menjalankan langkah-langkah pencegahan, deteksi, dan respons terkait dengan penyakit Mpox (Monkeypox) sesuai dengan Surat Edaran (SE) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Nomor HK.02.02/C/4408/2023 tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Mpox (Monkeypox) di Indonesia.
Panduan yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kaltim mengacu pada Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox (Monkeypox) tahun 2023. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan, serta menghindari kontak langsung dengan individu atau hewan yang diduga terinfeksi MPOX.
Penting untuk mematuhi pedoman dan rekomendasi dari otoritas kesehatan demi mencegah penyebaran penyakit ini. Kerjasama masyarakat dalam menerapkan tindakan pencegahan menjadi kunci dalam upaya mengendalikan potensi penyebaran Monkeypox di Indonesia. (ADV/DINKESKALTIM/GSM)