SAMARINDA, MEDIASAMARINDA.com – Tingkat Pengangguran Terbuka atau TPT SMK terus menunjukkan penurunan secara bertahap dibandingkan SMA. Diungkapkan oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Disnakertrans Kaltim), bahwa lulusan SMK lebih berpotensi mendapatkan pekerjaan dibandingkan SMA sebab dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
TPT SMK Terus Turun Selama Tiga Tahun Terakhir
Fakta menarik diungkapkan oleh Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur terkait jumlah pengangguran terbuka di wilayahnya. Ia mengungkapkan bahwa hingga kini, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Benua Etam memang masih didominasi oleh lulusan SMA maupun SMK.
Namun, terdapat perbedaan mencolok di antara keduanya. Dimana, angka TPT SMK justru terus mengalami penurunan dibandingkan TPT SMA. Rozani Erawardi selaku Kepala Disnakertrans Provinsi Kaltim menyampaikan bahwa fenomena ini berkaitan dengan orientasi masing-masing jenjang pendidikan.

Ia menyebut, bahwa lulusan SMK memang disiapkan untuk bekerja atau berwirausaha, Hal ini berbanding terbalik dengan lulusan SMA yang cenderung mendapatkan ruang untuk melanjutkan pendidikan ke jejang pendidikan yang lebih tinggi.
“Trennya yang meningkat di lulusan SMA, kalau SMK kan dia bisa langsung bekerja atau wirausaha,” jelasnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur, total pengangguran terbuka di jenjang SMK terus mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Kepala Disnakertrans membeberkan bahwa di tahun 2021, angka TPT SMK mencapai persentase yang relatif tinggi yakni sebesar 12,61 persen.
Selanjutnya, tren tersebut kemudian terus mengalami peurunan per bulan Agustus 2022 yang hanya mencapai 7,14 persen. Sementara pada Agustus 2023 angka tersebut terus ditekan hingga menyentuh total 6,34 persen.
Berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran terbuka di jenjang SMK, jumlah pengangguran oleh lulusan SMA justru terus mengalami peningkatan sehingga mendapatkan perhatian dari Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur mencatat, bahwa jumlah TPT SMA dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini dibuktikan oleh total TPT SMA yang mencapai 6,61 persen pada Agustus 2022 dan naik menjadi 7,19 persen pada periode yang sama di tahun 2023.
Kepala Disnakertrans Provinsi Kalimantan Timur menyampaikan bahwa kenaikan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya yaitu karena tujuan masing-masing jenjang pendidikan yang memang berbeda.
Bursa Kerja Khusus (BKK) Berkontribusi Turunkan TPT di Jenjang SMK
Fenomena turunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di jenjang SMK mendapatkan perhatian khusus dari Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Rozani Erawardi. Selain itu, pihaknya juga menyoroti terkait peningkatan TPT yang terjadi di jenjang SMA dan mengungkapkan penyebab dari peristiwa tersebut.
Perlu diketahui, bahwa tingkat pengangguran tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur masih diduduki oleh lulusan SMA maupun SMK. Hal ini dilatarbelakagi oleh naiknya permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja dengan pendidikan lebih tinggi untuk mengisi jabatan-jabatan tertentu.
Meskipun demikian, jumlah pengangguran di jenjang SMA dan SMK rupanya juga memiliki perbedaan yang cukup berbanding terbalik. Dimana, fenomena ini memperlihatkan bahwa TPT SMK mengalami penurunan sejak tiga tahun terakhir sementara TPT SMA terus mengalami peningkatan.
Menurut Kepala Disnakertrans Provinsi Kaltim, ada banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa tersebut. Salah satunya yakni adanya Bursa Kerja Khusus (BKK) yang bertugas untuk melakukan penjaringan di sekolah-sekolah kejuruan. Hal ini didukung oleh fokus SMK yang memang memiliki nilai jual di bidang jasa. Sehingga, hal ini berjalan selaras dengan ketersediaan lowongan pekerjaan di sektor jasa yang ada di Kota Samarinda.
“Jadi turun memang trennya, karena jika tidak bekerja mereka bisa membangun usaha yang mudah dan murah dari rumah, misal sebagai anak IT (Ilmu Teknologi) bisa membangun usaha kecil-kecilan,” jelasnya.
Sementara pada jenjang SMA, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya akses pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh minat lulusan SMA yang ingin melanjutkan ke pendidikan selanjutnya sehingga tidak sedikit pula yang memilih untuk gap year. Adapun alasan tersebut biasanya disebabkan oleh terhambatnya pembiayaan, jurusan, maupun jarak yang harus ditempuh.
“Banyak ya faktornya yang mempengaruhi, ini juga bicara akses dari lulusan SMA,” pungkasnya.