Kalimantan Timur, MEDIASAMARINDA.com – Dinkes Kaltim menerima kunjungan perwakilan Dinkes NTB yang tengah melakukan studi banding terkait program Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif (AE), dan Gerakan Ibu Hamil Sehat.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin menjelaskan bahwa kunjungan dari Dinas Kesehatan NTB ini dikarenakan pencapaian Kalimantan Timur yang kini menempati posisi keempat secara nasional dalam cakupan IMD. Hal ini membuat Kaltim dianggap sebagai contoh yang cocok untuk diterapkan di NTB.
“Kaltim kini menempati posisi keempat se-Indonesia untuk cakupan IMD. Keberhasilan itu membuat Dinkes NTB melakukan studi tiru di sini,” jelas Jaya Mualimin.
Keberhasilan Program Dinkes Kaltim, Gerakan Ibu Hamil Sehat, AE, dan Program IMD Jadi Bahan Studi Banding Dinkes NTB
Mualimin menyoroti bahwa keberhasilan program-program tersebut di Kalimantan Timur dapat memberikan inspirasi dan panduan bagi daerah lain, termasuk NTB, dalam meningkatkan cakupan IMD, promosi ASI Eksklusif, dan Gerakan Ibu Hamil Sehat. Adanya kunjungan studi banding ini, harapannya dapat terjalin kolaborasi yang positif antar provinsi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi di Indonesia.
Menurut Jaya Mualimin, Dinkes Kaltim telah mendapatkan pencapaian yang luar biasa dalam program kesehatan, tidak terlepas dari kerja keras para tenaga kesehatan di puskesmas. Selain itu, bersama dengan kolaborasi yang erat dengan berbagai dinas terkait, dukungan penuh yang diberikan oleh Gubernur Kalimantan Timur, serta partisipasi aktif masyarakat, terutama para ibu hamil dan pasangannya.
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mencatat bahwa dari total 188 puskesmas di wilayah tersebut, sekitar 90 persen diantaranya sudah berhasil melaksanakan kelas ibu hamil. Program kelas ibu hamil ini sendiri berhasil menjangkau lebih dari 25 ribu ibu hamil dan pasangannya.
Program Kelas Ibu Hamil di Kaltim Terus Meningkat Hingga Mencapai 90 Persen
Dalam konteks program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif (AE), Jaya Mualimin menyatakan harapannya bahwa melalui program kelas ibu hamil, cakupan IMD dan AE di Kalimantan Timur dapat terus meningkat dan mencapai lebih dari 90 persen.
Ia menyoroti pentingnya peran kolaboratif antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam penyelenggaraan program-program kesehatan. Keberhasilan ini menjadi cerminan sinergi yang kuat di berbagai tingkatan, menciptakan lingkungan yang mendukung dan berfokus pada peningkatan kesehatan masyarakat di Kalimantan Timur.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi yang baru lahir dalam satu jam pertama kehidupannya. Ini merupakan langkah penting untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi optimal sejak dini, yang dapat berkontribusi signifikan pada kesehatan dan perkembangan mereka.
Sementara itu, Asi Eksklusif (AE) merujuk pada praktik memberikan ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lain selama enam bulan pertama kehidupan. Hal ini sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada masa awal kehidupan bayi.
Kedua praktik ini menekankan pentingnya ASI sebagai sumber nutrisi utama bagi bayi, membantu melindungi mereka dari penyakit, serta membangun dasar kesehatan yang kuat sepanjang hidup. IMD dan AE memiliki dampak positif pada kesehatan bayi dan ibu, serta menciptakan ikatan emosional yang kuat antara keduanya.
Jaya menegaskan bahwa program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif (AE) memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan dan gizi ibu serta bayi, sekaligus berperan dalam pencegahan berbagai penyakit dan komplikasi yang mungkin muncul.
Studi Banding Dinkes NTB Bertujuan Mengurangi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
Sementara itu, Kepala Dinkes NTB, Lalu Hamzi Fikri, menjelaskan bahwa kunjungan ini sebenarnya merupakan bagian dari upaya yang dilakukan oleh NTB untuk mengurangi angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan juga mengatasi permasalahan gizi pada balita di wilayah mereka.
Angka-angka tersebut di NTB saat ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lain, dan kunjungan ini merupakan bentuk langkah konkret untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai strategi dan implementasi program kesehatan yang telah terbukti berhasil di Kalimantan Timur.
“Kami ingin melihat langsung bagaimana Kaltim berhasil mencapai angka IMD di atas 80 persen, dan AE di atas 60 persen. Saat ini, kami masih di bawah target nasional yaitu 50 persen,”
Selama kunjungan, mereka terlibat dalam dialog bersama para kader kesehatan, bidan, dan ibu hamil yang hadir di Puskesmas tersebut. Kegiatan dialog ini menjadi momen penting untuk berbagi pengalaman, pertukaran informasi, dan mendapatkan wawasan langsung dari praktisi dan penerima manfaat program tersebut.
Diskusi ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih komprehensif kepada rombongan Dinkes NTB tentang implementasi dan dampak positif dari program IMD dan AE di lapangan.(ADV/DINKESKALTIM/GSM).