Samarinda, MediaSamarinda.com – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, telah mengungkapkan, berdasarkan data dari tahun 2013 hingga tahun 2018, terlihat penurunan prevalensi balita kurang gizi (underweight), gizi kurang (wasting), dan balita gemuk (overweight).
Dalam upaya mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur akan menggelar Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita untuk tenaga kesehatan.
Kondisi Gizi yang Belum Optimal
Menurut Jaya Mualimin, prevalensi balita pendek (stunting) mengalami peningkatan dari 27,6% pada tahun 2013 menjadi 29,4% pada tahun 2018. Ini adalah sinyal bahwa permasalahan gizi pada balita masih menjadi tantangan serius di Kalimantan Timur.
Selain itu, Riskesdas tahun 2018 juga menunjukkan adanya capaian kinerja gizi yang masih kurang optimal, termasuk proporsi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) sebesar 7,1%, proporsi resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil sebesar 11,5%, persentase pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan hanya mencapai 55,2%, dan persentase balita yang mendapat vitamin A hanya 55,7%.
Lebih lanjut, hasil Survei Status Gizi Balita tahun 2021 dan 2022 di Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan bahwa masalah gizi pada balita belum sepenuhnya teratasi. Prevalensi stunting mengalami peningkatan sebesar 27,1% dari tahun 2021 sebesar 26,4%, sementara prevalensi gizi kurang (wasting) naik dari 7,1% menjadi 7,7%. Prevalensi balita kurang gizi (underweight) juga meningkat tipis dari 17,0% menjadi 17,1%. Ini menunjukkan bahwa perjuangan dalam meningkatkan status gizi balita masih jauh dari selesai.
Profesionalisme Tenaga Kesehatan dalam Kasus Gizi Buruk Pada Balita
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini dan menyebutnya sebagai “masalah kita bersama yang perlu dicegah dan ditanggulangi bersama.” Beliau menekankan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi buruk pada balita harus dilakukan secara profesional sesuai dengan kompetensi masing-masing tenaga kesehatan.
“Balita gizi buruk masih ditemukan di beberapa tempat baik dalam bentuk kwashiorkor, marasmus atau marasmus kwashiorkor, hal ini merupakan masalah kita bersama yang dicegah dan ditanggulangi bersama pula. Oleh karena itu perlu upaya pencegahan dan penanggulangan secara profesional sesuai kompetensi masing-masing tenaga kesehatan,” tuturnya.
Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk Bagi Tenaga Kesehatan
Dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam pencegahan dan penanggulangan kasus gizi buruk pada balita, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur berencana untuk melaksanakan Pelatihan Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar tenaga kesehatan mampu melakukan pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita dengan lebih efektif.
Melalui Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk bagi Tenaga Pelayanan Balita di Puskesmas dan Rumah Sakit, diharapkan peserta dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah gizi buruk pada balita. Pelatihan ini akan melibatkan berbagai metode pelatihan yang komprehensif dan akan mencakup berbagai aspek pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.
Selain itu, pelatihan ini juga akan fokus pada pentingnya pemantauan dan pengawasan secara berkala terhadap status gizi balita. Dengan demikian, tenaga kesehatan akan lebih siap dalam mendeteksi dan menangani masalah gizi buruk pada balita sejak dini.
Kolaborasi Multi-Pihak Bersatu Melawan Gizi Buruk Pada Balita
Dalam menghadapi tantangan ini, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur juga mengajak kerjasama dari berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dalam mengatasi masalah gizi buruk pada balita, kolaborasi adalah kunci untuk mencapai hasil yang signifikan.
Peran masyarakat juga sangat penting dalam mengedukasi dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi yang baik pada balita. Dengan pengetahuan dan kesadaran yang lebih tinggi, diharapkan akan ada perubahan perilaku yang lebih baik dalam hal pola makan dan perawatan kesehatan anak.
Dalam mengakhiri pernyataannya, Jaya Mualimin menyampaikan optimisme bahwa melalui upaya bersama, masalah gizi buruk pada balita di Kalimantan Timur dapat diatasi dan bahwa generasi muda dapat tumbuh dengan sehat dan berkualitas. Pelatihan Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita adalah langkah konkret dalam mendukung visi ini dan diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Kalimantan Timur. (ADV/DINKESKALTIM/GSM)