25.1 C
Samarinda
23 Januari 2025
BerandaKaltimKasus Penyakit Leptospirosis Terlapor di Kutai Barat, Berikut Himbauan Dinkes

Kasus Penyakit Leptospirosis Terlapor di Kutai Barat, Berikut Himbauan Dinkes

Date:

Must read

Related News

Wisata Alam Gunung Boga Menjadi Destinasi Favorit Pada 2022. Pihak Pemkab Siap Menyokong 

Paser, MEDIASAMARINDA.COM - Akaml Malik selaku PJ Gubernjmur Kalimantan...

FPTI Luncurkan Pembinaan Prestasi Untuk Capai Hasil Ambisius di PON Mendatang

Samarinda, MediaSamarinda.com - Untuk meningkatkan jumlah peraihan medali pada...

Ini Target Perolehan Medali Kaltim Agar Raih Posisi 5 di PON 2024

Samarinda, MEDIASAMARINDA.com - Atlet kontingen Provinsi Kalimantan Timur mendapatkan target...

Gelar Sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana, Begini Harapan BPBD Samarinda!

Samarinda, MEDIASAMARINDA.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama...

Selamat! BK PON Hasilkan 248 Medali, Kaltim Sukses Duduki Peringkat 4 Nasional

Samarinda, Mediasamarinda.com - Provinsi Kaltim kembali berhasil mengukir prestasi...

KALIMANTAN TIMUR, MEDIASAMARINDA.COM – Penyakit leptospirosis merupakan salah satu jenis penyakit zoonosis yang tengah menjadi perhatian di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Telah ditemukan satu kasus penderita penyakit ini di wilayah Kutai bagian Barat.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, telah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat Kaltim untuk lebih memperhatikan kebersihan dan mengadopsi pola hidup sehat guna mengurangi risiko penularan penyakit ini dari hewan ke manusia.

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman leptospira interrogans yang dapat ditemukan dalam urine maupun darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, dan babi. Kasus pertama penyakit ini telah terdeteksi di daerah Kutai Barat, dan berkat respons cepat dari tim medis, pasien tersebut telah pulih dengan baik.

Temuan Kasus Penyakit Leptospirosis di Kutai Barat

penyakit Leptospirosis, Leptospirosis
Kasus Penyakit Leptospirosis Terlapor di Kutai Barat, Berikut Himbauan Dinkes!

Jaya Mualimin menyampaikan bahwa penyakit leptospirosis dapat menular melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi oleh urine tikus. Gejala yang umumnya muncul termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, serta masalah hati dan ginjal.

“Hanya ada satu orang yang dilaporkan mengidap leptospirosis dari Kutai Barat dan sudah sembuh, sementara itu, tidak ada pasien yang dirawat akibat leptospirosis di Bontang, namun di sana ditemukan tikus yang positif bisa menularkan,” jelas Jaya.

Untuk mengatasi kejadian ini, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur telah melakukan pemeriksaan terhadap hewan-hewan dalam beberapa sampel dari daerah Kutai Barat dan Bontang. Mereka juga sedang menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut dari tim terkaitnya.

Selain itu, Dinkes Kaltim berencana bekerja sama dengan dinas terkait dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengendalikan populasi tikus, terutama di perkampungan.

Hal ini penting karena tikus sering menjadi pembawa kuman penyebab leptospirosis. Kerja sama ini mencakup upaya menangkap dan memeriksa tikus untuk memastikan keamanan lingkungan dari risiko penularan penyakit ini.

Dinkes Menghimbau Masyarakat Lakukan Upaya Pencegahan Mandiri

Jaya juga menggarisbawahi pentingnya pola hidup sehat dalam mencegah leptospirosis. Ini mencakup mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari pembuangan sampah sembarangan yang bisa menjadi sarang tikus.

Untuk tambahan informasi, leptospirosis dapat menular pada manusia melalui kontak langsung dengan kotoran atau urine hewan pembawa, air atau tanah yang terkontaminasi, serta makanan atau minuman yang terkontaminasi. Luka pada kulit juga bisa menjadi pintu masuk bagi bakteri penyebab leptospirosis.

Daerah tropis dan subtropis, seperti Indonesia, lebih rentan mengalami kasus penyakit leptospirosis. Terutama bagi individu yang sering atau akrab berinteraksi langsung dengan hewan berpotensi atau tinggal di daerah yang rawan banjir.

Gejala awalnya meliputi demam, sakit kepala, mual, muntah, dan bintik-bintik merah di kulit. Pada kasus berat, dapat terjadi penyakit Weil yang menunjukkan gejala seperti penyakit kuning, kesulitan buang air kecil, dan perdarahan.

Jika ada gejala seperti ini, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis. Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah, tes ELISA, PCR, dan MAT. Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit, dan pasien perlu dipantau selama proses penyembuhan.

Upaya pencegahan melibatkan menghindari kontak langsung dengan urine hewan pembawa, menjaga kebersihan diri, dan menerapkan prosedur keamanan kesehatan saat beraktivitas di daerah berisiko terjangkit penyakit menular ini.

Kesadaran dan pengetahuan mengenai penyakit ini sangat penting untuk mencegah penyebarannya dan memastikan penanganan yang tepat waktu bagi yang terinfeksi. Jaya Mualimin menegaskan bahwa leptospirosis adalah penyakit serius yang tidak boleh diabaikan, karena dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Kami menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dan mematuhi saran-saran pencegahan yang telah disampaikan. Leptospirosis dapat merusak organ-organ penting seperti ginjal, hati, jantung, otak, dan paru-paru, dan bahkan dapat berujung pada kematian.

Upaya Pencegahan Mandiri Masyarakat Kalimantan Timur

Dilansir dari situs alodokter.com, leptospirosis adalah infeksi yang dapat berbahaya dan menyebar melalui bakteri Leptospira. Untuk mengurangi risiko penularannya, berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Pakailah Pakaian Pelindung
    Ketika berada di area yang berpotensi terkontaminasi oleh bakteri Leptospira, pastikan untuk mengenakan pakaian pelindung seperti sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata. Langkah ini dapat membantu mencegah kontak langsung dengan bakteri tersebut.
  2. Hindari Berendam di Air Terbuka
    Leptospira dapat hidup di air danau, sungai, atau kubangan. Untuk mengurangi risiko infeksi, hindari berenang atau berendam di tempat-tempat ini, terutama jika Anda memiliki luka atau lecet pada kulit.
  3. Konsumsi Air Minum Bersih
    Pastikan air minum yang Anda konsumsi sudah terjamin kebersihannya. Menghindari minum air yang terkontaminasi adalah salah satu cara efektif untuk mencegah infeksi Leptospirosis.
  4. Cuci Tangan dengan Rajin
    Cuci tangan Anda dengan sabun setiap sebelum makan dan setelah berkontak dengan hewan atau lingkungan yang berpotensi terpapar bakteri Leptospira.
  5. Bersihkan Buah dan Sayuran
    Sebelum mengolah buah dan sayuran, pastikan untuk mencucinya dengan air bersih. Ini dapat membantu menghilangkan potensi kontaminasi bakteri.
  6. Jaga Kebersihan Lingkungan
    Pastikan lingkungan di sekitar rumah Anda tetap bersih dan bebas dari tikus. Tikus adalah salah satu hewan pembawa bakteri Leptospira, sehingga menjaga populasi tikus dapat membantu mengurangi risiko penularan.
  7. Vaksinasi Hewan Peliharaan dan Ternak
    Selain melindungi diri sendiri, vaksinasi hewan peliharaan dan ternak juga penting. Ini membantu mencegah penyebaran bakteri Leptospira dari hewan ke manusia.

Menerapkan langkah-langkah ini dapat membantu masyarakat dan komunitas sekitar untuk melindungi diri dari infeksi Leptospirosis. Tetap berhati-hati dan patuhi pedoman kesehatan yang ada untuk menjaga kesejahteraan diri.(ADV/DINKESKALTIM/GSM).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini