
Kutai Kartanegara, Mediasamarinda.com – Kerajaan Kutai, yang dikenal sebagai kerajaan tertua di Indonesia, terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Pemerintah Kukar telah mengambil berbagai langkah penting untuk menjaga kelestarian budaya Kutai, salah satunya adalah mempromosikan makanan khas Kutai. Dalam upaya ini, strategi pemasaran, promosi, dan pengenalan budaya menjadi fokus utama.
Kota Raja: Sentra Pelestarian Kerajaan Kutai dan Kuliner Khasnya

Menurut Kepala Seksi Promosi dan Kemitraan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (Disperindag) Kukar, Zaidah Isnaini, strategi yang sedang diterapkan adalah memperkenalkan budaya Kutai melalui berbagai acara yang diadakan oleh Pemkab. Dalam wawancara pada Jumat (14/10/2023), Zaidah menyampaikan, “Media cetak kemudian pameran dan event-event dengan mengikuti pameran. Kita tampilkan produk nya dan cara pembuatannya.”
Bupati Kukar, Edi Damansyah, juga sangat menekankan promosi makanan khas tradisional Kutai, seperti jajak, yang merupakan sejenis kue tradisional. “Kita digenjot oleh bapak bupati untuk mempromosikan makanan khas tradisional Kutai jajak yang pertama temu kunci, jajak cincin, keminting, roti balok, dodol kertap,” tambahnya.
Namun, pelestarian budaya Kutai tidak terbatas pada promosi kuliner saja. Zaidah juga mengungkapkan bahwa kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Raja juga menjadi bagian penting dari warisan budaya ini. “kerajinan itu misalnya, ulap doyo ada badon tencep sama kerajinan sulam tumpar. Yang lain ada manik-manik dan kerajinan rotan” kata Zaidah.
Pemerintah Kabupaten Kukar juga aktif melindungi hak cipta dan memberikan merek dagang untuk segala hal yang terkait dengan kebudayaan khas Kutai. Ini adalah langkah penting dalam memastikan bahwa warisan budaya ini tetap terjaga dengan baik.
Pemkab Kukar terus berkomitmen untuk melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh Kerajaan Kutai. Dengan beragam strategi promosi, kolaborasi dengan pelaku UMKM, serta perhatian terhadap makanan khas dan kerajinan tangan, pemerintah membuktikan dedikasinya dalam menjaga kelestarian budaya Kota Raja, Kutai Kartanegara, untuk generasi mendatang. Pelestarian budaya Kutai adalah sebuah langkah penting dalam mempertahankan sejarah dan kekayaan budaya Indonesia yang kaya.
Jajak Cincin: Warisan Kerajaan Kutai yang Menjadi Andalan Ekonomi Lokal
Jajanan khas Kerajaan Kutai, yang termasuk di dalamnya ada jajak cincin, roti balok, keminting, semprong, dan berbagai hidangan lezat lainnya, telah memainkan peran penting dalam mendukung UMKM di Kukar. Salah satu pelaku UMKM yang sukses dalam memproduksi jajanan khas Kutai adalah Hajjah Fatma, tinggal di Kelurahan Mangkurawang, Kecamatan Tenggarong.
Hajjah Fatma telah memproduksi jajanan khas Kutai sejak tahun 1990, dan kini usahanya diteruskan oleh anak perempuannya. Salah satu produk utamanya adalah jajak cincin, yang terkenal dengan rasa manis dan gurih. Proses pembuatannya dimulai dengan melelehkan gula aren dalam wajan hingga mendidih. Kemudian, ditambahkan tepung beras, tepung terigu, gula pasir, dan minyak goreng, yang dicampur hingga merata.
Adonan ini dibiarkan selama 10-12 jam, lalu dibentuk manual dan digoreng hingga berwarna merah kecoklatan. Setelah itu, jajak cincin tersebut ditiriskan dan dijual dalam bentuk curah atau dalam kantong plastik seharga Rp. 1,250 per buah, dengan daya tahan hingga dua hari.
Hajjah Fatma mendapatkan bahan baku beras secara khusus dari Kecamatan Kota Bangun. Dalam sehari, ia menggunakan 20 kg tepung beras, 14 kg gula aren, 10 liter minyak goreng, dan tepung terigu. Dengan modal awal sekitar 1,5 juta, Hajjah Fatma mampu menghasilkan keuntungan sekitar Rp. 500,000 per hari.
Selain jajak cincin, Hajjah Fatma juga menjual berbagai makanan seperti roti balok, keminting, semprong, kerupuk ikan haruan, belida, amplang, dan berbagai hidangan lezat lainnya. Pembelinya berasal dari berbagai wilayah Kaltim dan wisatawan yang sedang berkunjung ke kota tersebut.
Banyak warga Kukar yang membawa jajanan khas Kutai sebagai oleh-oleh ketika mereka bepergian. Ini adalah contoh bagaimana warisan budaya lokal seperti jajanan khas Kutai tidak hanya melestarikan tradisinya, tetapi juga mendukung pelaku UMKM dan menjadi daya tarik wisata. Dengan demikian, Kerajaan Kutai tetap hidup dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan perekonomian setempat.