
Kutai Kartanegara, MediaSamarinda.com – Fenomena El Nino atau musim kemarau yang terjadi beberapa bulan terakhir dinilai tidak terlalu berdampak terhadap tanaman para petani yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Gagal panen yang terjadi bukan karena fenomena El Nino, melainkan keterlambatan penanaman padi.
Kurangnya Ketersediaan Alsintan Bagi Petani di Kukar
Jumat, 13 Oktober 2023, Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kutai Kartanegara Sutikno menyampaikan, akibat fenomena El Nino yang terjadi saat ini, khususnya di Kabupaten Kukar tidak berdampak terlalu besar bagi pertanian. Meskipun ada sebagian kecil lahan pertanian mengalami gagal panen khususnya padi sawah.
“Untuk di Kukar hanya sebagian kecil saja petani kita yang gagal panen, tidak sampai 10 persen” ungkap Sutikno pada Kamis (12/10/2023).
Sutikno juga mengatakan, yang gagal panen lebih cenderung karena keterlambatan penanaman, bukan yang telah menanam kemudian gagal. Hal itu dikarenakan keterbatasan alat mesin pertanian (alsintan).

Foto : Tebarberita
“Para petani menggunakan alsintan secara bergantian, jadi ketua kelompok petani yang pertama menggunakan alsintan masih sempat panen, namun kelompok petani yang terakhir menggunakan alsintan keburu musim El Nino datang dan mengakibatkan lahan pertanian kering” jelasnya.
Akibat dari fenomena tersebut, pihaknya telah berupaya mengantisipasi agar ketahanan pangan di Kukar tetap stabil.
“Persoalan ini sudah kita atasi melalui Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) kepada petani yang terdampak” ujar Sutikno.
Dirinya menambahkan, hingga saat ini CPP yang disalurkan belum ada 30 persen, artinya stok ketahanan pangan di Kukar masih aman.
Terpisah, Bupati Kukar menginginkan Dinas Ketahanan Pangan memiliki aksesibilitas yang tinggi, karena tanggung jawab Dinas Ketahanan Pangan sangat besar.
“Kita akan terus berupaya menstabilkan dan semoga fenomena El Nino ini segera berakhir” tutupnya.
Dampak dan Cara Mengatasi Fenomena El Nino
BMKG meramalkan bahwa El Nino diperkirakan akan berlanjut hingga akhir Oktober 2023, dan mungkin akan berlangsung hingga akhir tahun.
Dilansir dari laman BMKG NTB El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia. Dengan demikian, fenomena El Nino juga bisa mengakibatkan kondisi kekeringan secara umum di Indonesia.
Dalam catatan sejarah, istilah El Nino berasal dari Bahasa Spanyol yang artinya “anak kecil”. Pada abad ke-17, seorang nelayan dari Amerika Serikat menemukan kejadian meningkatnya suhu air menjadi hangat di Samudra Pasifik. Atas dasar itu, mereka menyebut fenomena ini sebagai El Nino de Navidad karena puncak bisa sampai bulan Desember.
Fenomena El Nino ini menjadi salah satu gejala yang terjadi pada iklim dan sudah dinyatakan muncul jika adanya kenaikan suhu rata – rata air laut Samudra Pasifik dengan minimal 0,3 derajat celcius. El Nino adalah fenomena gangguan iklim global yang timbul karena terdapat hubungan besar antara samudera dan atmosfer, mengakibatkan peningkatan suhu yang signifikan.
Sementara itu, peningkatan suhu secara lebih khusus terjadi di wilayah pusat dan timur Samudera Pasifik Ekuatorial. Kenaikan tersebut menjadi penyebab adanya peningkatan kelembaban pada atmosfer yang terdapat di atas Samudra Pasifik. Peningkatan pembentukan awan di samudera, hal ini akan memunculkan tekanan udara di Samudera Pasifik yang juga akan meningkat.
Adapun dampak fenomena El Nino di Indonesia sebagai negara dengan cuaca tropis, cukup signifikan. Salah satunya, El Nino dapat mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan El Nino memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik. Kondisi ini bisa menyebabkan kekeringan di Indonesia seperti yang tengah dialami saat ini.
Selain kekeringan, terdapat sejumlah dampak lain yang dapat terjadi akibat fenomena El Nino, diantaranya adalah penurunan kualitas tanaman di bidang pertanian, maraknya penyakit dan hama, gangguan musim tanam hingga kebakaran hutan dan lahan sebab kekeringan.
Lebih jauh, ketidakstabilan cuaca tersebut dapat berbuntut pada kelangkaan pangan, mempengaruhi kestabilan ekosistem laut hingga ketidakpastian ekonomi. Cuaca panas yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan kekurangan air bersih.
Terdapat sejumlah hal yang dapat masyarakat lakukan untuk mengantisipasi dampak buruk dari fenomena El Nino. Berikut adalah langkah – langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi dampak El Nino :
- Memperhatikan peringatan dini yang dibagikan pemerintah untuk mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem.
- Pemerintah memberikan sosialisasi tentang pengelolaan air yang aman dan menghimbau masyarakat untuk senantiasa menerapkan hidup sehat dan bersih.
- Pemerintah menyediakan sistem pengawasan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi darurat lain untuk mencegah eskalasi wabah meluas.
- Bagi sektor pertanian dapat meningkatkan ketersediaan air dan memperbaiki pengelolaan air menjelang kemarau.
(Adv/DiskomKukar)