Media Samarinda, Kukar – Kepala Desa (Kades) Muara Enggelam, Madi, mengungkapkan, Perputaran ekonomi masyarakat desa Muara Enggelam saat ini mengandalkan penghasilan utama dari sumber daya air dan pembudidayaan walet.
Menurutnya, setiap hari terdapat pengepul yang mengambil hasil tangkapan dari nelayan di desa Muara Enggelam untuk didistribusikan ke luar kota.
Hasil tangkapan ikan, kemudian diolah menjadi berbagai jenis produk, terutama ikan asin, yang dikirimkan hingga ke Banjarmasin dan bahkan ke Jakarta.
“Hasil tangkapan kami biasanya kami jadikan menjadi olahan ikan asin yang dikirim sampai Banjarmasin hingga ada juga di Jakarta,” ucap Madi Kades Muara Enggelam pada saat diwawancarai melalui saluran seluler. Pada, Senin (25/03/2024).
Dengan adanya aktivitas pengepulan, yang kurang lebih ada lima pengepul secara rutin mengambil hasil tangkapan dari masyarakat desa Muara Enggelam.
Ia juga menyebutkan, selain menjadi nelayan, masyarakat desa juga memanfaatkan sumber daya air untuk kegiatan pembudidayaan walet.
Lanjutnya, ada sekotar ratusan rumah walet telah dibangun di desa mereka. Hal ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemasukan ekonomi bagi warga desa, mengingat walet merupakan sumber bahan baku utama untuk industri sarang burung walet.
“Masyarakat disini juga mendapatkan penghasilan selain menjadi nelayan juga menjadi pembudidaya air liur walet,” ungkapnya.
Kondisi ini mencerminkan, diversifikasi mata pencaharian masyarakat desa Muara Enggelam, yang tidak hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan tetapi juga memanfaatkan potensi lain dari sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.
Kendati demimian, keberadaan industri walet juga menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan bagi warga desa, meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan ekonomi lokal.
Terakhir Madi menegaskan, penting bagi Pemerintah Desa (Pemdes)dan berbagai pihak terkait untuk mengelola Sumber Daya Alam (SDA) secara berkelanjutan guna menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekonomi masyarakat desa Muara Enggelam.
“Pentingnya menjaga ekosistem alam untuk keberlangsungan hidup yang berkelanjutan, karena kalo alam rusak kita sendiri yang akan merasakan dampaknya,” tandasnya. (Rob/Adv Diskominfo Kukar)