23 C
Samarinda
30 April 2025
BerandaKaltimKutai KartanegaraTeknologi Sawah Apung di Bukit Layang: Meraih Swasembada Pangan Melalui Inovasi

Teknologi Sawah Apung di Bukit Layang: Meraih Swasembada Pangan Melalui Inovasi

Date:

Must read

Related News

Wisata Alam Gunung Boga Menjadi Destinasi Favorit Pada 2022. Pihak Pemkab Siap Menyokong 

Paser, MEDIASAMARINDA.COM - Akaml Malik selaku PJ Gubernjmur Kalimantan...

FPTI Luncurkan Pembinaan Prestasi Untuk Capai Hasil Ambisius di PON Mendatang

Samarinda, MediaSamarinda.com - Untuk meningkatkan jumlah peraihan medali pada...

Ini Target Perolehan Medali Kaltim Agar Raih Posisi 5 di PON 2024

Samarinda, MEDIASAMARINDA.com - Atlet kontingen Provinsi Kalimantan Timur mendapatkan target...

Gelar Sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana, Begini Harapan BPBD Samarinda!

Samarinda, MEDIASAMARINDA.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama...

Selamat! BK PON Hasilkan 248 Medali, Kaltim Sukses Duduki Peringkat 4 Nasional

Samarinda, Mediasamarinda.com - Provinsi Kaltim kembali berhasil mengukir prestasi...

Kutai Kartanegara, Mediasamarinda.com – Desa Bukit Layang, yang terletak di Kecamatan Kembang Janggut, telah menjadi sorotan berkat langkah inovatif di bidang pertanian yang baru-baru ini memperkenalkan konsep sawah apung, sebuah teknologi terobosan yang memanfaatkan lahan di atas permukaan air, yang sebelumnya tidak termanfaatkan.

Bukit Layang Pionir dalam Pertanian Sawah Apung, Menggabungkan Teknologi dan Tradisi

Kepala Desa Bukit Layang, Silferius Sudi, dalam pernyataannya pada Jumat (10/11/2023), menjelaskan tujuan dari inovasi ini. “Inovasi ini kami ambil untuk mewujudkan ketahanan pangan,” ujar Silferius. Ini menunjukkan komitmen desa dalam meningkatkan pendapatan kelompok tani setempat dengan dukungan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Bukit Layang.

Meski menghadapi tantangan biaya media tanam yang relatif mahal, Silferius tetap optimis terhadap dampak positif yang akan ditimbulkan oleh inovasi ini bagi ketahanan pangan. Selain itu, sawah apung ini juga dianggap sebagai solusi berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan lingkungan.

sawah apung
Kepala Desa Bukit Layang, Silferius Sudi

Desa Bukit Layang dengan ini menunjukkan bagaimana menggabungkan teknologi modern dengan kearifan lokal dapat membawa kemajuan dalam kemandirian pangan. “Ini bukan hanya langkah menuju swasembada pangan, tetapi juga upaya berkelanjutan untuk memastikan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di masa depan,” tambah Silferius.

Dengan terus mengembangkan inovasi pertanian yang berkelanjutan, Desa Bukit Layang berharap dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia dalam mencapai swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Sawah apung ini tidak hanya membuka peluang baru dalam pertanian, tetapi juga memberikan inspirasi bagi inovasi serupa di wilayah lain.

Inovasi sawah apung di Desa Bukit Layang ini menjadi simbol harapan baru bagi kemajuan pertanian di Indonesia, menunjukkan bagaimana teknologi dan kearifan lokal dapat bersinergi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi sektor pertanian.

Transformasi Pertanian di Bukit Layang: Sawah Apung dan Evolusi Padi Apung

Menyusul kesuksesan inovatif sawah apung di Desa Bukit Layang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Indonesia sekarang mengarahkan perhatiannya pada pengembangan revolusioner lainnya: teknologi padi apung. Teknologi ini dirancang untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa, sebuah langkah yang sangat penting di daerah yang rentan banjir.

Di bawah program Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) yang berlangsung di kolam Agro Edu Wisata IP2TP Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), para peneliti berusaha untuk mengatasi keterbatasan teknologi padi apung tradisional. Mereka berfokus pada penciptaan model budidaya yang lebih efisien dan berkelanjutan, khususnya untuk lahan rawa.

Para peneliti telah mengembangkan lima model rakit padi apung, masing-masing dengan karakteristik unik. Model-model ini mencakup rakit konvensional, rakit apung termodifikasi, dan tiga variasi rakit apung dengan sistem sirkulasi hara yang berbeda. Materi dasar seperti bambu dan pipa PVC digunakan dalam konstruksi rakit, menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas teknologi ini.

Proses budidaya padi apung ini menyerupai metode yang digunakan di sawah irigasi. Bibit padi berumur 21 hari ditanam dengan menjaga jarak tanam yang tepat. Penyiangan rutin dan pemupukan disesuaikan, menggunakan pupuk NPK, menjadi bagian penting dari proses ini. Perhatian khusus diberikan pada proses pemindahan bibit ke rakit, untuk menghindari kerusakan pada akar.

Inisiatif Puslitbangtan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas padi di lahan rawa tetapi juga memberikan solusi berkelanjutan bagi petani di daerah rawa dan berisiko banjir. Ini menandai langkah maju penting dalam inovasi pertanian di Indonesia, selaras dengan inisiatif sawah apung di Desa Bukit Layang.

Kedua inovasi ini, sawah apung dan teknologi padi apung, secara kolektif membuka jalan bagi metode pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan, menandai era baru dalam ketahanan pangan dan keberlanjutan di Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini