
Kutai Timur, MediaSamarinda.com – Demi memaksimalkan reaksi terhadap upaya dari penanganan bencana, pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Kutim baru meresmikan pengadaan Tim Reaksi Cepat (TRC) Multi Sektor tentunya dengan menggabungkan instansi – instansi terkait.
Usaha Maksimal Penanganan Bencana di Kabupaten Kutai Timur
Para instansi yang masuk ke tim TRC (Tim Reaksi Cepat) adalah pihak Perguruan Tinggi dan juga berbagai Ormas (Organisasi masyarakat) yang ada di sekitar daerah Sangatta. Sebagai informasi, pembentukan dari Tim TRC (Tim Reaksi Cepat) Multi Sektor telah dilaksanakan di Q Hottel Sangatta, Kabupaten Kutim tanggal 31 Oktober lalu.

Muhammad Idris Syam selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim memberikan pernyataan bahwa tujuan khusus dari pembentukan Tim Reaksi Cepat (TCR) Multi Sektor adalah demi mempermudah usaha penanganan bencana agar usaha penanggulangan bisa menjadi lebih maksimal, cepat, efektif dan tentu tetap tepat sasaran.
“Dengan dibentuknya TRC Multi Sektor, kerja sama antara lintas sektoral yang terlibat dalam penanggulangan bencana, nantinya akan membantu BPBD dalam menanggulangi bencana” kata Muhammad Idris Syam selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim.
Di saat bersamaan, Muhammad Naim selaku Kepala Bidang Kedaruratan Peralatan & Logistik dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim, mengatakan pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC) Multi Sektor ikut memfasilitasi pelatihan dari pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim yang sudah dilangsungkan di tanggal 9 – 11 November lalu.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim ikut menghadirkan 2 orang narasumber, yakni Kasubbid (Kepala Sub Bidang) Fasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Korban dan Pengungsi dan Saat Firdiyanto Staff dit FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) BNPB (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan juga Agus Sulistiyanto sebagai perwakilan dari BNBP (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
“Pelatihan TRC, tentunya kami berharap dapat berkelanjutan. Dengan pelatihan peningkatan kapasitas sebagai TRC dan berbagai hal yang dapat menunjang eksis nya tim ini, guna menyelaraskan dalam penanggulangan bencana nantinya,” harap Muhammad Naim selaku Kepala Bidang Kedaruratan Peralatan & Logistik dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim.
TRC (Tim Reaksi Cepat) Multi Sektor sendiri dibentuk agar bisa menjalankan perannya sebagai tim bantuan pertama & terdepan untuk tiap upaya penanganan bencana sambil melaksanakan uji kaji cepat. Data yang diperlukan dalam masukan uji kaji adalah seberapa besar wilayah yang terpengaruh dampak bencana, jumlah korban sampai keadaan sarana & prasarana yang telah terkena dampak bencana sehingga usaha penanganan bencana mampu berjalan dengan lebih efektif & efisien.
“Pelatihan ini menggunakan radio ( HT) dan 1 unit perahu portelin milik BPBD dipakai untuk simulasi bencana banjir,” pungkas Muhammad Naim selaku Kepala Bidang Kedaruratan Peralatan & Logistik dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutim.
Pentingnya Usaha Optimal Terhadap Penanganan Bencana
Kita semua menyadari bahwa bencana bisa terjadi kapan saja, diperlukan pemikiran khusus kepada upaya penanganan bencana yang dipahami bersama serta bisa diterapkan dari semua pihak. Pada dasarnya, setiap kejadian bencana adalah urusan serta permasalahan seluruh pihak.
Letak geografis dari negara Indonesia membuat negara kita menjadi wilayah rawan bencana, mulai dari, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor hingga gempa bumi. Meski usaha pembangunan di negara Indonesia telah dirancang dengan optimal agar bisa menekan pengaruh bencana kepada lingkungan dengan optimal, pada kenyataannya mayoritas proses pembangunan menghasilkan dampak tersendiri kepada lingkungan & ekosistem.
Potensi bencana juga datang dari keberagaman demografi bangsa Indonesia yang terdapat berbagai kelompok, etnis, agama serta adat istiadat. Meski keberagaman tersebut adalah kekayaan yang patut dibanggakan, tapi karena pertumbuhan yang tidak seimbang dan dibarengi penetapan kebijakan serta pembangunan pada bidang sosial, infrastruktur dan ekonomi mampu menimbulkan kesenjangan dan juga konflik. (ADV/HSP/BPBDKALTIM)