Bontang, mediasamarinda.com – Lokasi rawan longsor menjadi perhatian khusus dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang. Beberapa daerah dikunjungi langsung oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Bontang untuk meminta warga agar selalu waspada sekaligus memberikan edukasi di lokasi rawan longsor.
Himbauan BPBD Bontang di Lokasi Rawan Longsor
Longsor yang terjadi di suatu daerah karena adanya air hujan yang masuk dan tanahnya mengalami keretakan dan akhirnya ada pergeseran tanah di lokasi tersebut. Bermula dari tanah yang bergeser lalu terjadi erosi tanah dan akhirnya longsor.
Tanah longsor kini banyak terjadi di berbagai daerah termasuk di Kota Bontang. Rata-rata lokasi rawan longsor yang ada di Bontang banyak terjadi di daerah yang perladangan, persawahan, lereng gunung yang terjal serta daerah pantai. Longsor terjadi di daerah itu karena akarnya kurang kuat sehingga tanahnya lembek dan jenuh, lalu airnya dengan mudah masuk dan akhirnya terjadi longsor.
Khusus di Kota Bontang, kejadian tanah longsor pernah terjadi 4 kali dalam sepekan yakni di RT 11 Kelurahan Kanaan, Jalan Gotong Royong RT 51 Kelurahan Belimbing, RT 22 Kelurahan Loktuan, dan RT 12 Kelurahan Gunung Elai. Lokasi rawan longsor itu terjadi karena curah hujan yang tinggi dan bagian siring bangunan yang tidak kuat.
Dengan berbagai bencana tanah longsor itu maka BPBD Kota Bontang memutuskan untuk memberikan edukasi dan sosialisasi ke lokasi rawan longsor agar mereka selalu meningkatkan kewaspadaan ketika musim hujan seperti sekarang ini.
Menurut, Kepala BPBD Kota Bontang, Usman, dirinya telah berkeliling ke lokasi rawan longsor dan melakukan identifikasi sekaligus mengingatkan agar warga tidak melakukan berbagai aktivitas di lokasi rawan longsor ketika hujan sedang turun.
“Lokasi yang rawan longsor di Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Belimbing dan Kelurahan Lok Tuan, ketiga kelurahan ini yang paling rawan terjadi longsor, untuk itu warga agar menghindari beraktivitas di sekitar wilayah tersebut saat turun hujan” ucap Usman.
Usman mengatakan, bahwa ia memiliki rencana untuk melakukan pembentukan tim terpadu dengan instansi terkait dan berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar ada pertolongan pertama ketika ada korban yang jatuh ketika terjadi tanah longsor.
“Jika menerima laporan masyarakat, tim kami biasanya langsung mendatangi lokasi dan melaporkannya sedangkan untuk tindakan yang bisa dilakukan adalah bekerjasama dengan Dinas PUPR yang lebih berkompeten,” tuturnya.
Ia menghimbau kepada semua masyarakat di lokasi rawan longsor untuk menghindari proses pembangunan rumah atau bangunan lain di sekitarnya. Upaya itu dilakukan demi mengurangi adanya kerusakan dan kerugian material dan jatuhnya korban di tanah longsor.
“Sosialisasikan diberikan sebagai upaya untuk meminimalkan kerugian yang dapat terjadi serta keselamatan warga itu sendiri, kesiapsiagaan dan kerjasama antar OPD dapat meningkatkan respon penanggulangan dalam menghadapi potensi bencana yang dapat merusak lingkungan dan nyawa manusia,” tuturnya.
Ciri-Ciri dan Penyebab Tanah Longsor
Tanah longsor yang terjadi tergantung daerahnya dan untuk daerah pegunungan umumnya karena simpanan debu yang cukup lengang dan dibarengi dengan curah hujan yang tinggi dan akhirnya tanah yang tabel menjadi renggang.
Selain itu, ciri lain dari adanya tanah longsor adalah daerah lereng yang terbuka akibat beberapa pohon di sekitarnya ditebang secara brutal oleh masyarakat di sekitarnya.
Lalu untuk penyebab tanah longsor tidak terbatas karena curah hujan atau lokasinya di gunung tetapi bencana ini bisa juga terjadi karena erosi. Bencana ini umumnya dimulai dari aliran air baik karena hujan, sungai yang meluap dan akhirnya menggerus tanah lalu menjadi curam dan akhirnya terjadi tanah longsor.
Penyebab lain dari tanah longsor bisa juga disebabkan karena adanya getaran atau gempa bumi mulai dari yang sedang hingga besar. Dari getaran ini membuat tekanan partikel mineral dan bidang menjadi lemah lalu terjadilah tanah longsor di gunung atau lereng-lerengnya. (ADV/HSP/BPBDKALTIM)