Mahakam Ulu, Mediasamarinda.com – Penanggulangan Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) harus diantisipasi dengan baik agar ekosistem hutan tetap terjaga. Untuk itu BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kalimantan Timur mengadakan acara untuk meningkatkan SDM di setiap daerah. Ada banyak pesan yang disampaikan oleh BPBD Kaltim dalam menanggulangi kebakaran hutan atau lahan.
Pesan BPBD Kaltim Dalam Penanggulangan Karhutla di Setiap Daerah
Ada banyak kebakaran hutan atau lahan yang terjadi di Kalimantan Timur selama tahun 2023. Misalnya di Samarinda ada lahan 1,5 hektar terbakar, Kabupaten Penajam Paser 16 hektar dan 20 hektar. Kebakaran itu terjadi pada di sekitar bulan Agustus-September 2023.
Pada tahun sebelumnya tepatnya di tahun 2019 juga banyak terjadi kebakaran lahan. Menurut data dari Sipongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Perhutanan, ada 6.715 hektar lahan yang terbakar di Kalimantan Timur.
Melihat fenomena yang seperti ini maka, BPBD Kaltim melakukan kerjasama dengan BPBD Mahakam Ulu untuk mengadakan acara pelatihan Untuk peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada 24 November 2023 lalu.
Ada banyak sekali peserta yang mengikuti acara penanggulangan karhutla mulai dari Pegawai Puskesmas daerah hingga Linmas di Mahakam Ulu. Para peserta diberikan materi dan langkah-langkah terbaik ketika terjadi kebakaran di Mahakam Ulu atau wilayah lain di Kalimantan Timur.
Agus Tianur selaku Kepala Dinas BPBD Kaltim menjadi pembicara dalam kegiatan penanggulangan karhutla. Ia menyampaikan, bahwa keselamatan kerja dan kesehatan para personil perlu diutamakan dalam melakukan pemadaman kebakaran.
Maka, bagi personil yang mengalami cedera atau luka akibat terbakar maka harus dilakukan pertolongan pertama agar lukanya tidak sampai parah. Salah satu dari anggota bisa membawa personil yang terluka ke tim medis atau dokter.
“Jika ada yang mengalami cedera luka bakar lakukan pertolongan pertama dan segera bawa ke tim medis atau dokter jika korban mengalami cedera yang parah,” ungkapnya.
Banyak instruksi yang disampaikan dan salah satunya ketika sedang terjadi krisis dalam penanggulangan karhutla. Ia menyampaikan, para personel bisa berhenti sejenak, mengambil nafas panjang, lihat situasi lingkungan sebelum membuat keputusan saat terjadi kebakaran lahan.
Ia juga menginstruksikan untuk melakukan antisipasi penanggulangan karhutla dengan memelihara sekat bakar agar saat terjadi kebakaran bisa dicegah dengan alat tersebut.
“Di akhir musim penghujan lakukan pemeliharaan sekat bakar untuk antisipasi mencegah menyebarnya api jika terjadi kebakaran hutan dan lahan,” tuturnya.
Ia melaksanakan acara penanggulangan karhutla untuk meningkatkan kapasitas SDM di setiap daerah agar para personil bisa lebih terampil, cerdas dan memiliki kemampuan ketika terjadi kebakaran lahan.
“Dengan meningkatnya kapasitas SDM, diharapkan respons terhadap kebakaran dapat lebih cepat, lebih terkoordinasi, dan lebih efektif,” pungkasnya.
Upaya Pencegahan, Penanggulangan dan Pemulihan Karhutla
Menurut Sekjen (Sekretaris Jenderal), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Hendroyono menyampaikan, jika penanggulangan kebakaran hutan dan lahan ini memiliki tiga pilar penting mulai dari pencegahan hingga pemulihan.
Menurutnya pencegahan bisa dilakukan mendorong adanya sistem yang telah ada dengan cara memantau titik panas dan titik api. Tindakannya bisa dengan cara deteksi dini, patroli terpadu, izin konsesi kehutanan dan perkebunan dan berbagai pendekatan spasial.
Sebagai langkah awal bisa dengan cara melakukan inventarisasi di setiap desa yang rawan kebakaran hutan, lalu membentuk kelompok dan memberikan fasilitas. langkah selanjutnya tinggal lakukan perencanaan sesuai dengan potensi yang ada di setiap desa.
Upaya penanggulangan karhutla lain bisa juga melakukan pengembangan olah lahan tanpa bakar dan cuka kayu. Demi mengupayakan kegiatan itu maka bisa disediakan sarana prasarana desa mulai dari irigasi, embung dan membangun infrastruktur gambut.
Lalu kegiatan patroli juga bisa jadi upaya penanggulangan karhutla demi menyadarkan masyarakat sekitar mulai dari penyuluhan, sosialisasi dan melakukan pengecekan kelembaban wilayah.
Edukasi seperti ini harus dilakukan secara konsisten agar ada pemahaman yang lebih kepada masyarakat akan akibat dari kebakaran hutan dan lahan.
(ADV/HSP/BPBDKALTIM)