SAMARINDA, MEDIASAMARINDA.com – Dinkes Kaltim terus melakukan deteksi terhadap potensi penyakit KLB di tengah musim kemarau. Diketahui, deteksi ini dilakukan terhadap 24 jenis penyakit yang rawan dialami oleh masyarakat. Selain itu, musim kemarau yang diperkirakan terjadi hingga bulan Oktober mendatang pun tidak menutup kemungkinan terhadap timbulnya beragam jenis penyakit.
Contoh penyakit KLB
Istilah KLB memiliki kepanjangan Kejadian Luar Biasa yang biasanya digunakan untuk menggambarka suatu peristiwa berupa wabah penyakit menular yang terjadi di suatu wilayah dan terjadi secara serentak dalam jangka waktu tertentu. Beragam jenis penyakit yang berpotensi KLB sendiri telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010.
Dalam peraturan tersebut, pemerintah bukan hanya memaparkan terkait jenis dan klasifikasi KLB. Melainkan dijelaskan pula terkait cara penanggulangan sekaligus skema yang bisa dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Adapun beragam penyakit yang berpotensi menjadi Penyakit KLB diantaranya Kolera, Pes, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian Influenza H5N1, Antraks, Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009, Meningitis, Yellow Fever, dan Chikungunya.
Meskipun demikian, Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan deteksi terhadap 24 penyakit KLB yang rawan terjadi di saat musim kemarau. Beberapa penyakit tersebut diantaranya diare, campak, DBD, difteri hingga ISPA.
“Satu kita memang menguatkan dulu lembaga kita sendiri, kewaspadaan dini dan respon kita kuatkan di kemarau ini dengan mendeteksi 24 penyakit yang berpotensi KLB terutama muncul di musim kemarau ya, seperti kolera, diare, penyakit mata, infeksi saluran nafas nah ini kita antisipasi ya, karna itu yang memiliki resiko menjadi KLB,” ujarnya.
Selain itu, Jaya Mualimin juga kerap mendapatkan laporan perihal masyarakat yang terdampak infeksi diare selama musim kemarau. Hal itu disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air bersih karena kekeringan sehingga meningkatkan resiko dehidrasi atau kekurangan cairan.
“Kami menerima laporan mengenai beberapa dampak kesehatan di musim kemarau, terutama diare yang disebabkan oleh kesulitan mendapatkan air akibat kekeringan,” ujar Jaya.
Upaya Penanggulangan Penyakit Menular Berpotensi KLB
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010, tata cara penanggulangan penyakit menular berpotensi KLB dilakukan secara terpadu. Pertama, penyelidikan epidemiologis; Kedua, penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi, dan tindakan karantina; Ketiga, pencegahan dan pengebalan; Keempat, pemusnahan terhadap penyebab penyakit; Kelima, penanganan jenazah akibat wabah, dan terakhir memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Lebih lanjut, terdapat upaya terakhir yang dapatditerapkan oleh seluruh tingkatan pemerintahan jika menghadapi kasus yang krusial yakni dengan cara meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup
fasilitas umum dalam jangka waktu tertentu, melakukan pengamatan secara
intensif/surveilans selama terjadi Penyakit KLB serta melakukan evaluasi terhadap
upaya penanggulangan secara keseluruhan.
Meskipun demikian, jajaran Dinkes Kaltim telah menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama pemerintah kota atau kabupaten di seluruh Kalimantan Timur dalam upaya pencegahan penyakit KLB. Hasilnya, seluruh pihak yang terlibat akan melakukan penanggulangan secara terpadu, lintas program, dan lintas sektor antara Pemerintah dan masyarakat.
Salah satu yang menjadi perhatian oleh Dinkes Kaltim yakni wilayah Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Berau. Ketiga darah ini dinilai membutuhkan penanganan khusus lantaran wilayahnya yang jauh dari pusat layanan kesehatan.
Bukan hanya itu, pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat agar mulai menerapkan pola hidup sehat dan menjaga cairan tubuh. Sebab, kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi akan meningkatkan resiko terkena penyakit berpotensi KLB seperti diare.
“Masyarakat perlu menjaga pola hidup bersih, mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh, mencuci tangan saat makan dan minum, serta berolahraga secara teratur. Tapi, hindari aktivitas olahraga di bawah terik sinar matahari,” ucapnya.
Terakhir, Jaya berharap agar masyarakat meningkatkan kesadarannya dalam deteksi penyakit KLB sedini mungkin. Sehingga, pencegahan maupun penanganan dapat dilakukan di awal waktu dan mengurangi resiko penularan.
(ADV DINKES KALTIM//AG)