Samarinda, MediaSamarinda.com – Upacara Detik-Detik Proklamasi Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur berlangsung khidmat. Dipimpin oleh Isran Noor selaku Gubernur Kalimantan Timur, upacara kemerdekaan yang diselenggarakan di GOR Kadrie Oening, kota Samarinda. Peringatan kemerdekaan HUT RI ke 78 juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, Sekretaris Daerah Sekda Provinsi Kalimantan Timur (Sekdaprov) Sri Wahyuni, para staf ahli, asisten dan tentunya jajaran pimpinan perangkat daerah.
Berbagi Harapan Untuk Indonesia di Upacara Detik-Detik Proklamasi
Isran Noor selaku Gubernur Kalimantan Timur mengharapkan kemajuan tidak hanya terjadi di daerah Kaltim tetapi juga di berbagai pelosok negara Indonesia secara keseluruhan. Sangat besar harapan Isran Noor agar nantinya negara Indonesia tidak hanya maju perekonomiannya tapi juga mampu berkembang dan bisa bersaing dengan negara – negara maju lainnya dari berbagai penjuru dunia.
“Akan kita perhebat Indonesia yang akan datang,” ujar Isran Noor usai memimpin pelaksanaan upacara pengibaran Bendera Merah Putih HUT RI ke 78.
Pada perhelatan upacara detik-detik proklamasi kali ini, Para Pimpinan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi Kaltim menyempatkan untuk datang lengkap beserta jajaran terkait. Tak lupa juga, beberapa unsur masyarakat Kalimantan Timur yang terlibat pada Forkopimda Kaltim.
Dalam perayaan spesial kali ini, Ketua DPRD Kalimantan Timur, Hasanuddin Mas’ud ikut hadir untuk menunaikan tugas sebagai pembaca naskah Proklamasi. Tak lupa, Hassanuddin Mas’ud juga mengingatkan kepada masyarakat Indonesia agar mereka bisa memanfaatkan momen kemerdekaan dengan mengenang jasa pejuang dan pahlawan yang telah berkorban merebut kemerdekaan. Mas’ud mengajak kita semua untuk mengingat bahwa kemerdekaan yang dinikmati Indonesia saat ini bukanlah hadiah tapi hasil dari perjuangan panjang dari para pejuang & pahlawan kemerdekaan.
“Harapannya kita bisa mengisi kemerdekaan yang sudah kita perjuangkan dengan darah dan air mata ya, bukan diberikan, jadi kita ke depan ini harus mengisi, dan ini dilihat dari pembangunan Kaltim yang juga bisa signifikan dari tahun ke tahun,” ujar Mas’ud setelah selesainya upacara HUT RI ke 78.
Melihat dari rangkaian upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan yang dilakukan di GOR Kadrie Oening, agenda mengheningkan cipta dipimpin secara khusuk oleh Irup. Agenda pengibaran bendera duplikat Republik Indonesia dilakukan oleh putra putri yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Jumlah total 38 orang, mereka semua adalah siswa dan siswi unggulan yang datang dari berbagai penjuru Kota dan Kabupaten di Kaltim.
Setelah keseluruhan proses pengibaran bendera selesai, acara peringatan kemerdekaan kali ini dilanjutkan dengan menyanyikan lagu – lagu penuh pesan perjuangan dan semangat kebangsaan dari paduan suara dari SMAN 1 Samarinda dan dilengkapi oleh penampilan marching band siswa/di SMKN 4 kota Samarinda.
Fakta & Momen Spesial dari Detik-Detik Proklamasi
Momen proklamasi adalah salah satu saksi sejarah terpenting dari sejarah panjang bangsa Indonesia. Tapi tahukah kamu? Ada beberapa perbedaan kepenulisan antara naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan bunyi naskah proklamasi. Beberapa perbedaan teks proklamasi kemerdekaan ditulis tangan oleh Soekarno, mantan Presiden pertama Republik Indonesia & Sayuti Melik sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan.
Inilah beberapa perbedaan yang tercatat diantara dua teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia:
- Pada pengunaan kata–kata “Hal2” yang berada di paragraf kedua baris pertama dalam tulisan Soekarno diubah menjadi “hal – hal” oleh Sayuti Melik,
- Mirip seperti poin pertama, kata “saksama” yang ditulis oleh presiden Soekarno diketik kembali menjadi “tempo” oleh Sayuti Melik,
- Cara penulisan tanggal dan juga bulan Soekarno yang tadinya ditulis “Djakarta 17-08-05” diubah menjadi Djkarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 oleh Sayuti Melik,
- Kalimat yang menyebutkan “Wakil2 Bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa Indonesia”
Perbedaan generasi muda dan tua pun berlangsung secara tegang dalam proses perebutan kemerdekaan. Golongan orang tua menginginkan kemerdekaan tanpa tumpahnya korban jiwa dan kedepannya tetap menjalin kerja sama yang baik dengan pihak Jepang. Berbanding terbalik dengan golongan tua, kalangan pemuda ingin dengan segera memperjuangkan kemerdekaan tanpa menunggu restu dari Jepang. (RAH)