
Samarinda, MEDIASAMARINDA.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda memberikan bantuan berupa seng dan terpal kepada rumah yang mengalami kerusakan akibat tertimpa pohon tumbang. Upaya ini dilakukan seiring berlanjutnya proses pemangkasan dan penyingkiran pohon beringin yang roboh akibat lapuk di Jalan Bukit Barisan, Kelurahan Jawa, Kecamatan Samarinda.
Bantuan seng dan terpal tersebut diharapkan dapat membantu pemulihan bagi warga yang rumahnya terdampak oleh insiden tersebut. Proses pemangkasan dan penyingkiran pohon yang tengah dilakukan juga merupakan langkah preventif untuk mengurangi potensi bahaya lebih lanjut di sekitar lokasi kejadian.
BPBD Samarinda Berikan Bantuan Langsung Bagi Warga Terdampak Pohon Tumbang
Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda, Suwarso, menyatakan bahwa pihaknya bersama tim penghitungan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) menyimpulkan bahwa perlu dilakukan bantuan penanganan terhadap korban.
Pemberian bantuan ini mencerminkan respons cepat dan tindakan nyata dari BPBD Kota Samarinda dalam membantu warga yang terdampak musibah pohon tumbang. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemulihan dan pencegahan risiko bencana yang dapat terjadi di wilayah tersebut.

(Foto : BPBD Samarinda)
Dalam proses pemangkasan dan penyingkiran pohon beringin yang roboh, petugas menggunakan mesin pemotong kayu atau senso. Batang pohon beringin dipotong-potong menjadi potongan kecil agar dapat dievakuasi dengan lebih efisien.
Kolaborasi antara BPBD dan tim Jitupasna menjadi langkah awal untuk memahami dampak bencana dan menyusun rencana bantuan yang tepat guna. Langkah ini menunjukkan baiknya koordinasi antarinstansi dalam menanggapi situasi darurat, dengan fokus pada upaya penanganan dan pemulihan segera bagi warga yang terdampak.
Jenis Bantuan yang Diberikan oleh BPBD Samarinda
Lebih lanjut, Ia menjelaskan jenis bantuan yang diberikan oleh BPBD Samarinda, yang melibatkan material konstruksi seperti atap seng dan terpal untuk membantu pemulihan rumah yang terdampak.
“Berdasarkan perhitungan tersebut, kami berikan bantuan atap seng sebanyak 26 lembar dan satu terpal yang berfungsi untuk mengatasi sebelum terpasang seng jadi terpalnya dipasang duluan,” jelasnya.
Suwarso menambahkan bahwa dalam proses penanganan evakuasi pohon tersebut, kegiatan berlangsung selama dua hari. Hal ini disebabkan oleh ukuran yang cukup besar dari pohon yang menimpa rumah, yang memerlukan waktu dan upaya yang lebih intensif dalam proses evakuasi dan pemulihan.
“Supaya tuntas dan kayu tidak menghalangi aktivitas warga juga termasuk tidak membebani bangunan yang ada sehingga perlu cepat dilakukan penanganan,” pungkasnya.
Informasi tersebut memberikan gambaran lebih lanjut tentang skala dan durasi penanganan bencana oleh BPBD Samarinda. Selain itu, hal ini juga sebagai upaya untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi aktual di lapangan.
Dengan menyelesaikan proses evakuasi dan pemulihan dengan cepat, diharapkan dapat mengurangi dampak terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat yang terdampak.
Puslit MKPI ITS Ungkap Penyebab Pohon Tumbang
Tidak jarang di luar sana terdapat beberapa pohon yang meskipun terlihat baik-baik saja di luar, tetapi di dalamnya sudah sangat keropos. Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS menjelaskan bahwa tumbangnya sebuah pohon disebabkan oleh adanya masalah pada pohon tersebut.
Masalah utama tersebut terletak pada beberapa kondisi pohon seperti sudah menua, mengering, keropos, dan akarnya yang sudah tidak kuat menahan beban pohon. Puslit MKPI ITS menyoroti pentingnya pengawasan dan pemeliharaan pohon yang secara visual mungkin terlihat sehat, namun dapat memiliki masalah struktural yang signifikan di dalamnya.
Dalam rangka mengatasi kasus pohon tumbang, Puslit MKPI ITS mengusulkan agar pemerintah daerah membuat kebijakan untuk secara rutin mengawasi serta mengevaluasi setiap pohon yang ada di tiap daerah.
Evaluasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan variabel umur, kondisi fisik, tinggi, diameter, dan lebar dedaunan pohon tersebut. Usulan ini mencerminkan perlunya pendekatan preventif dalam manajemen pohon untuk mengidentifikasi potensi bahaya sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
Selain itu, peran aktif masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan, dengan mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dengan melaporkan pohon-pohon yang kondisinya sudah membahayakan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan sistem pengawasan yang lebih efektif, dengan keterlibatan bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjaga keamanan dan keselamatan bersama.
(ADV/HSP/BPBDKALTIM)