SAMARINDA, MEDIASAMARINDA.com – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (DINKES KALTIM) tengah giat bergerak dalam upaya menekan angka prevalensi stunting yang saat ini mencapai 23 persen. Peningkatan kasus stunting sebanyak 1,1 persen dari tahun sebelumnya menuntut langkah konkret guna mengatasi masalah ini.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat DINKES KALTIM, Fit Nawati, beberapa faktor menjadi pendorong naiknya prevalensi stunting di wilayah ini. Salah satunya adalah minimnya minat masyarakat dalam memantau pertumbuhan bayi melalui posyandu.
“Kalau kita lihat ke belakang lagi, bayi dan balita yang dilakukan pemantauan pertumbuhan ke posyandu itu baru sekitar 40 persen,” ungkap Nawati di ruang kerjanya pada tanggal 13 Agustus 2023.
Nawati melanjutkan, langkah strategis dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Kalimantan Timur adalah dengan terus melakukan sosialisasi mengenai pencegahan stunting kepada masyarakat. Dalam hal ini, DINKES KALTIM bertekad untuk meningkatkan jumlah kunjungan bayi ke posyandu. Mereka menargetkan cakupan kunjungan ini bisa ditingkatkan hingga mencapai 80 persen, demi menekan angka kasus stunting secara signifikan.
Menggali Permasalahan Stunting: Kondisi Serius yang Meresahkan di Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan stunting telah menjadi sorotan utama di bidang kesehatan di Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang umumnya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan awal. Dampaknya sangat serius, karena anak-anak yang mengalami stunting rentan mengalami gangguan perkembangan fisik dan kognitif, yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas di kemudian hari.
Salah satu langkah krusial dalam pencegahan prevalensi stunting adalah memastikan bahwa bayi dan balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan secara rutin di posyandu. Sayangnya, tingkat partisipasi dalam program ini masih rendah, seperti yang diungkapkan oleh Fit Nawati. Hanya sekitar 40 persen bayi dan balita yang menjalani pemantauan pertumbuhan di posyandu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan dan kesulitan akses ke fasilitas posyandu.
Dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan bayi, target yang diusung oleh Dinkes Kaltim adalah meningkatkan cakupan kunjungan pemantauan pertumbuhan bayi ke posyandu hingga mencapai 80 persen. Hal ini merupakan langkah strategis dalam menekan angka stunting secara signifikan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dan teratur dalam program ini, diharapkan dapat mengidentifikasi dini anak-anak yang berisiko mengalami stunting dan mengambil tindakan yang diperlukan.
Merangkul Gizi Optimal: DINKES KALTIM Kembangkan Kerjasama Luas untuk Cegah Prevalensi Stunting
Kerjasama lintas sektor juga akan menjadi kunci dalam menangani stunting. DINKES KALTIM akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, dan berbagai pihak terkait lainnya untuk menggalakkan program-program yang dapat secara holistik mengatasi faktor-faktor risiko stunting. Upaya ini akan melibatkan penyediaan gizi yang memadai, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, dan pendidikan gizi yang lebih baik bagi masyarakat.
Menyadari bahwa penanggulangan stunting bukanlah usaha yang bisa dijalankan dalam waktu singkat, DINKES KALTIM juga akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program-program yang telah dijalankan. Dengan memantau secara berkala, mereka akan dapat mengidentifikasi potensi perbaikan dan melakukan penyesuaian strategi bila diperlukan.
Misi Pemerintah Melalui Program Khusus untuk Ibu dan Anak
Secara nasional, pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya penanggulangan stunting. Melalui program “1000 Hari Pertama Kehidupan”, pemerintah berkomitmen untuk memberikan perhatian khusus pada kesehatan ibu hamil dan anak-anak pada periode kritis pertama setelah lahir. Program ini meliputi pendidikan gizi bagi ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), serta pendampingan dalam memantau pertumbuhan anak.
Dalam menjalankan program ini, kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat sangatlah penting. Kolaborasi ini akan memastikan bahwa semua lapisan masyarakat mendapatkan akses informasi dan layanan yang diperlukan untuk mencegah stunting.
Prevalensi stunting yang tinggi di Kalimantan Timur menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Melalui upaya yang berkelanjutan, seperti peningkatan cakupan kunjungan pemantauan pertumbuhan bayi ke posyandu dan sosialisasi program pencegahan stunting, kita dapat mengubah arah masa depan anak-anak Kaltim menuju kehidupan yang lebih baik. Saatnya bersatu tindak untuk melawan stunting dan memastikan generasi muda Kaltim tumbuh dengan sehat dan optimal.