
SAMARINDA, MEDIASAMARINDA.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) menyoroti persoalan terkait tingginya kasus gizi buruk di Kaltim. Persoalan ini menjadi masalah yang krusial setelah stunting. Untuk itu, pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan upaya berkelanjutan guna menekan persentase keduanya. Salah satunya, yakni melalui penanganan secara cepat dan tepat.
Dampak Kasus Gizi Buruk
Kasus gizi buruk yang menyerang balita hingga anak-anak sangat berpengaruh terhadap masa depan keduanya. Pasalnya, anak dengan gizi buruk cenderung lebih beresiko mengalami kesakitan hingga kematian dibandingkan anak dengan gizi baik.
Sejumlah dampak buruk terhadap kurangnya gizi bagi anak diantaranya yakni rendahnya sistem imunitas yang menyebabkan anak rentan terhadap penyakit bahkan komplikasi infeksi, seperti diare, batuk pilek, dan pneumonia.
Selain itu, gizi buruk juga dapat menyebabkan berbagai gangguan bagi pertumbuhan anak maupun perkembangan otak anak. Dilansir dari laman UNESCO, anak dengan gizi buruk akan rentan terhadap potensi stunting dan pertumbuhan fisik yang tidak sesuai dengan anak seumurannya. Bahkan, gangguan gizi juga dapat memengaruhi kemampuan otak anak dalam berkembang dan produktivitas di masa mendatang.
Lebih lanjut, kasus gizi buruk pun dapat meningkatkan resiko penyakit tidak menular seperti kanker dan diabetes saat usia dewasa. Tidak hanya itu, gangguan gizi bahkan mampu meningkatkan resiko kematian bagi anak hingga 12 kali lipat.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, sebanyak 10,2 persen balita wasting (kasus gizi buruk), terdapat 3,5 persen severe wasting (gizi buruk). Persentase ini membuktikan bahwa anak dengan gizi buruk lebih beresiko mengalami kesakitan dan kematian dibandingkan anak dengan gizi baik.

Sumber : Diskominfo Kaltim Prov
“Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 terdapat 10,2% balita wasting (kasus gizi kurang), 3,5% diantaranya severe wasting (gizi buruk), tingkat kematian dan kesakitan anak dengan gizi buruk lebih tinggi dibanding anak dengan gizi baik, oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang,” tutur Jaya Mualimin.
Untuk itu, Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur menghimbau agar dilakukan strategi penanganan terbaik dengan mengutamakan kecepatan dan ketepatan dalam menekan angka komplikasi pada anak. Sehingga, kasus gizi buruk di Kaltim dapat berkurang sekaligus berdampak langsung pada perbaikan pertumbuhan anak-anak di Kaltim.
Perawatan Terhadap Kasus Gizi Buruk di Kaltim Masih Rendah
Dinkes Kaltim mengaku bahwa kasus gizi buruk di Kaltim terbilang masing tinggi. Sejumlah faktor yang melatarbelakangi persoalan ini diantaranya yakni terbatasnya akses layanan kesehatan, minimnya fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan secara integratif, dan ketidakmampuan pemberi layanan dalam menangani kasus gizi buruk.
Lebih lanjut, kasus gizi buruk di Kaltim sebenarnya berada tepat di tengah masyarakat. Namun, hanya sedikit dari mereka yang melaporkan kepada dinas terkait maupun membawa kasus tersebut di pusat layanan kesehatan. Sehingga, Dinkes Kaltim juga menghimbau agar masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya terhadap potensi gizi buruk bagi anak-anak mereka.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan telah menyusun Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Balita Gizi Buruk sebagai upaya penanggulangan sekaligus pencegahan terhadap kasus tersebut. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menangani kasus ini, misalnya memastikan kesehatan dan kebutuhan gizi ibu. Kedua, pemberian sesi konseling kepada ibu menggunakan teknik pelayanan antenatal care (ANC).
Ketiga, menerapkan strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) guna meningkatkan status gizi dan kesehatan anak. Keempat, Penapisan massal guna mengetahui hambatan anak. Kelima, memberikan perhatian khusus kepada anak dalam menganalisa resiko gangguan gizi. Keenam, perlunya dukungan program yang sesuai dengan kebutuhan ibu maupun anak, dan ketujuh yakni pemberian dukungan lintas sektor
Melalui pedoman tersebut, Dinkes Kaltim berusaha mengimplementasikannya dengan pengadaan pelatihan terkait pencegahan sekaligus tatalaksana gizi buruk pada balita. Dengan ini, pihaknya berharap agar mampu menekan kasus gizi buruk di Kaltim sekaligus menjadi upaya pencegahan terhadap stunting. (ADV/DINKESKALTIM/GSM)