
Samarinda, Mediasamarinda.com – BPBD menginformasikan jika SMA Negeri 16 Samarinda mengalami longsor. Menurut Ketua Pelaksana BPBD, Suwarno melakukan peninjauan ke lokasi bersama tim analisisnya. Adanya tim ini dibawa untuk melihat secara langsung kondisi tanah yang longsor dan apakah ada potensi longsor susulan kedepannya.
Alami Longsor, Ini Kondisi SMAN 16 Samarinda
Longsor yang terjadi di SMAN 16 ini terjadi pada Sabtu, 4 November 2023 lalu. Selama ini diketahui jika sekolah tersebut lokasinya ada di atas bukit. Lalu jarak antara bangunan sekolah dengan tanah yang longsor sekitar 4 meter dan itu terjadi di belakang sekolah.
Jadi bangunan sekolah tidak terdampak secara langsung namun akibat longsor itu proses belajar terganggu. Itu terjadi karena akses menuju ke salah satu kelas di sekolah sedikit terhambat.

(Foto : BPBD)
Dikatakan demikian karena untuk menuju ke kelas, setiap siswa atau guru harus melalui tangga di bagian belakang. Mereka tidak bisa melewati tempat itu secara sempurna karena tanah yang longsor sedikit menutupi bagian tangga.
Namun tumpukan tanah yang menutup tangga tidak terlalu banyak dan ada space cukup banyak untuk dilewati siswa dan guru. Melihat adanya itu BPBD setempat terus membantu menganalisa lebih dalam demi menghindari adanya longsor susulan.
Ini Tinjauan Tim Analisis dan BPBD dari Longsornya Tanah di SMA Negeri 16 Samarinda
SMA Negeri 16 Samarinda pada Sabtu 4 November 2023 lalu mengalami bencana berupa tanah longsor. Diketahui SMAN 16 ini tempatnya ada di Jalan Perjuangan Kelurahan Sempaja, Kecamatan Samarinda Utara.
Dengan kondisi yang demikian maka BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) terjun dan meninjau ke lokasi. Dari hasil pantauan BPBD, longsornya tanah itu ada di bagian belakang sekolah.
Menurut tim analisis, lokasi sekolah ini memang kurang strategis karena ada di perbukitan. Hal yang cukup miris lainnya ada pada bagian depan sekolah yang jaraknya hanya 1-2 meter dari tanah yang curam. Ini menunjukkan jika adanya longsor bisa saja terjadi dan itu salah satu tandanya.
“Kelihatannya memang sudah ada tanda-tanda longsor di bagian halaman depannya,” kata Suwarno.
Lalu kejadian longsornya berada di bagian belakang sekolah dan jaraknya sekitar 4 meter dari pondasi bangunan. Dengan adanya tumpukan tanah itu maka jalan menuju ke kelas sedikit terganggu.
Ia mengatakan jika dirinya tidak langsung ke lokasi karena baru menerima informasi longsor itu dari pihak terkait. Setelah mendengar, ia langsung membawa tim analisis untuk mengecek kondisi terkini di SMA Negeri 16.
Hadirnya tim analisis untuk melihat apakah dalam beberapa waktu kedepan akan ada longsor susulan atau tidak. Selain itu, Suwarno juga menuturkan jika hasil tinjauan sementara tim analisis, longsornya masih tergolong sedang.
“Dari hasil analisa, potensi bencana longsor dalam kategori sedang,” ujar Suwarno.
Lalu tim analisis melanjutkan jika masih ada potensi longsor pada pondasi yang ada di sekolah. Analisanya demikian karena bagian pondasi pada SMAN Negeri 16 Samarinda tidak bertulang. Selain itu tidak adanya parit atau aliran air ke pinggiran pondasi sekolah.
“Untuk bangunan sekolah masih aman tapi kalau dibiarkan akan beresiko kepada warga di sekolah seperti pelajar dan dewan guru,” ujarnya.
Untuk itu, pihak sekolah diminta untuk selalu waspada dengan kondisi yang demikian itu. Lalu tim analisis juga meminta agar dilakukan proses penerapan secara bertahap di lokasi. Salah satunya dengan membuat parit pada tanah kosong di SMA Negeri 16 Samarinda.
Dengan adanya parit diharapkan tidak ada air jenuh dan penyerapannya maksimal. Upaya itu bisa membuat sekolah ini aman dari longsor susulan di lain waktu. Selain itu, pihak sekolah diminta untuk melakukan koordinasi dengan dinas provinsi terkait hal itu.
“SMA itu di bawah kewenangan dinas provinsi untuk itu kami sarankan pihak sekolah untuk berkoordinasi dengan dinas provinsi,” imbuhnya. (ADV/HSP/BPBDKALTIM)