SAMARINDA, MEDIASAMARINDA.com – Ketahanan pangan di IKN didasarkan pada tiga prinsip utama. Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN memastikan bahwa prinsip tersebut selaras dengan peningkatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan harus menjadi payung dari arah pelaksanaannya.
Otorita Ibu Kota Nusantara sendiri adalah suatu lembaga seperti kementerian yang bertanggungjawab dalam persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggara Pemerintahan khususnya di Ibu Kota baru Nusantara.
Relokasi IKN di Sektor Pertanian
Myrna Asnawati Safitri selaku Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN menyampaikan pembangunan di sektor pertanian dan ketahanan pangan harus selaras dengan 3 (tiga) prinsip utama. Pertama, pembangunan di IKN harus selaras dengan alam. Kedua, pembangunan di IKN adalah pembangunan yang zero waste atau sirkuler. Dan ketiga, pembangunan pertanian di IKN adalah pembangunan yang rendah emisi karbon.
“Tiga prinsip itu menjadi payung di dalam arah dan pelaksanaan kegiatan pertanian dan ketahanan pangan di Ibu Kota Nusantara,” kata Myrna.
Lebih lanjut, Myrna menerangkan maksud dari ketiga prinsip tersebut. Pertama, Myrna mengaku telah membagi kawasan IKN sebesar 65 persen atau sekitar 40 ribu hektare sebagai kawasan yang dilindungi dan 10 persen atau sekitar 25 ribu hektare baru akan dijadikan sebagai lahan produksi pangan. Dengan strategi tersebut, pihaknya yakin akan mewujudkan ketahanan pangan yang selaras dengan alam.
“Dari total luas IKN sekitar 25.000 hektare, kami sendiri sudah mengidentifikasi area yang akan dijadikan sebagai area produksi pangan yakni 10 persen atau sekitar 25 ribu hektare,” tutur Myrna (19/7/2023).
Selanjutnya, Myrna menegaskan bahwa pengembangan pertanian di kawasan IKN harus dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan atau pencemaran lingkungan yaitu dengan menerapkan strategi zero waste. Zero waste sendiri merupakan sebuah teknik untuk meminimalisir kuantitas sampah dengan memaksimalkan penggunaan benda-benda sekali pakai.
“Mari kita bangun pertanian yang zero waste,” ujarnya.
Terkait prinsip ketiga, Myrna mengungkapkan bahwa pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang emisi karbon. Sehingga, pihaknya berkomitmen dalam pengembangan industri pertanian yang cerdas iklim dan rendah emisi karbon agar tidak menyembabkan efek gas rumah kaca, yaitu dengan memaksimalkan penggunaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
“Kita menginginkan pangan yang tersedia bagi warga IKN itu adalah pangan yang berasal dari pertanian yang tidak merusak lingkungan, pangan-pangan alternatif yang mengandung banyak protein nabati, dan kita juga ingin menggali sumber-sumber pangan lokal. Pembangunan pertanian di IKN tidak bisa dilakukan oleh IKN sendiri, akan tetapi perlu bersinergi dengan daerah atau wilayah sekitar,” ucap Myrna.
Mekanisme Meningkatkan Ketahanan Pangan
Myrna menyampaikan strateginya dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan di IKN pada gelaran simposium nasional bertajuk “Memperkuat Ekosistem Pertanian Berkelanjutan untuk Mendorong Ketahanan Pangan di IKN dan Kaltim”, Selasa (11/7/2023). Menurutnya, ada dua cara menghadapi isu tersebut diantaranya urban farming atau pertanian perkotaan dan pertanian intensifikasi.
urban farming diterapkan pada sektor pertanian di kawasan IKN yang tidak memiliki cukup lahan, seperti model penanaman vertikultur, pertanian pekarangan, hidroponik, aquaponik, dan kebun komunitas. Sehingga, masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam skala kecil, baik untuk rumah tangganya maupun komunitasya.
Sedangkan pertanian intensifikasi merupakan strategi pengembangan komoditas pangan di lahan yang sudah disediakan dan dikelola secara food estate dengan teknik permakultur, agroforestry, agrosilvo fisheries, dan integrated farming lainnya. Pertanian jenis ini ditargetkan mampu menyerap teknologi baru seperti Pertanian Presisi.
Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Yudi Sastro menyampaikan bahwa strategi urban farming dinilai dapat memenuhi kebutuhan pangan mula dari 30-40 persen. Bahkan teknik ini justru sangat rendah emisi karbon dan nyaris tidak menimbulkan kerusakan lingkungan apapun.
“Urban farming kalau diterapkan di perkotaan (IKN, red.) dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan presentasi 30% hingga 40%,”ujarnya.
“Jejak karbon juga bisa dikurangi. Kemudian produk berkualitas baik berdaya saing tinggi,”pungkasnya.